Pilpres 2019
Soal Dukungan Yenny Wahid untuk Jokowi, Alissa Wahid: Bedakan Antara Gusdurians dengan Kader Gus Dur
"Gerakan @GUSDURians sudah menetapkan bahwa kami adalah gerakan kebangsaan. Tidak ada strategi politik kekuasaan," tulis Alissa Wahid.
Penulis: Ananda Putri Octaviani
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNWOW.COM - Putri kedua Presiden Ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Yenny Wahid mewakili Kader Gus Dur telah mendeklarasikan diri mendukung pasangan capres-cawapres nomor urut 01, Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin.
Usai deklarasi tersebut, putri pertama Gus Dur, Alissa Wahid, pun ikut angkat bicara.
Hal ini diungkapan Alissa Wahid melalui laman Twitter miliknya, @AlissaWahid, Kamis (27/9/2018).
Dalam unggahannya itu, Alissa Wahid menegaskan bahwa barisan Kader Gus Dur itu berbeda dengan jaringan Gusdurian.
• Yenny Wahid Dukung Jokowi-Maruf, Ferdinand Hutahaean: Satu Perahu dan Satu Kolam dengan Cak Imin
Alissa Wahid melalui kicauannya menjelaskan bahwa jaringan Gusdurian merupakan gerakan sosial kemasyarakatan.
Sedangkan, untuk barisan Kader Gus Dur yang digawangi oleh Yenny Wahid, merupakan gerakan politik.
Berikut kicauan lengkap Alissa Wahid mengenai hal tersebut.
"Saya paham kawan-kawan mungkin bingung soal gusdurian ini ya.
Kebingungan ini HANYA karena selama ini yang muncul di publik hanya @GUSDURians.
Gerakan kader GusDur yang berpolitik baru beberapa tahun terakhir ini dikonsolidasikan.
Lebih tepat mungkin kita sebut saja semua yang mencintai Gus Dur sebagai Pengikut Gus Dur ya.
Nah karena sepak terjang Gus Dur yg beragam, maka strategi gerakannya beda-beda.
Oleh Gus Dur tidak dicampur. Bahkan saat Gus Dur dirikan PKB, NU tidak berfatwa harus PKB. NU tetap pada Khittah.
Kenapa begitu?
Karena watak gerakan sosial kemasyarakatan dengan gerakan politik memang berbeda.
Kalau semua dipolitikkan, ya blaen (gawat, bahasa Jawa Timur, red.).
Nanti polarisasi dan serang-menyerang makin kuat. Tidak ada ruang tengah.
Nanti rumah ibadah pun jadi ruang rebutan. Padahal tugasnya memandu umat.
• Viral Video Jusuf Kalla Berjoget dengan sang Cucu Diiringi Lagu Hip Hop, Lihat Gayanya!
Di keluarga Ciganjur, ruang strategis juga dibuka. Secara utuh, dzurrriyah merawat warisan perjuangan Gus Dur.
Gus Dur sebagai Guru Bangsa dan pejuang rakyat, dirawat bersama. Tidak ada muatan politis di sini.
Gus Dur sebagai politisi, dirawat @yennywahid. Ini gerakan politik.
Gerakan @GUSDURians sudah menetapkan bahwa kami adalah gerakan kebangsaan. Tidak ada strategi politik kekuasaan.
Program-program bela petani, kegiatan lintas iman, promosi toleransi, penguatan demokrasi, dilepaskan dari siapa yang berkuasa baik nasional maupun daerah.
Coba twips bayangkan ya: sering sekali saya dihubungi orang, ingin dirikan @GUSDURians di kotanya. Jebul dia mau nyalon Bupati/DPRD.
Artinya, kegiatan lintas iman/advokasinya akan diberi muatan itu dong ya. Lalu bagaimana bisa independen untuk kritisi kebijakannya?
Karena itulah, ke teman-teman di lapangan saya selalu sampaikan: @GUSDURians bukan gerakan politik elektoral, tapi gerakan sosial. Juga bukan lembaga dana.
Karena sikap tegas inilah, justru kami berkembang pesat. Tidak dicemaskan akan dikooptasi untuk kepentingan politik 5 tahunan.
Karena itulah kawan-kawan @GUSDURians resah ketika media dan publik sekarang menggunakan kosakata gusdurian untuk memotret sikap politik @yennywahid.
Sebagai penjaga warisan politik Gus Dur, Yenny mengelola gerakan politik yaitu gerakan Kader Gus Dur.
Kawan-kawan @GUSDURians resah bahwa penggunaan kata gusdurian dalam konteks politik akan berdampak pada kepercayaan publik atas program-programnya untuk rakyat.
Contoh: program Hunian Sementara untuk warga Lombok, apakah akan distigma jadi kampanye politik? Padahal kan tidak.
Yang tepat bagaimana?
Semua pecinta Gus Dur punya hak politik.
Aktivis @GUSDURians juga berpolitik, tapi sebagai warganegara. Dia boleh ikuti garis Gerakan Kader GusDur, ikut @yennywahid.
Tapi tak boleh atasnama @GUSDURians. Agar garis perjuangan kami tetap terjaga.
• Sandiaga Uno Terkena Fitnah, Dahnil Anzar: Membuat Semakin Semangat
Jadi ini hanya soal DIKSI.
Saya mohon keikhlasan twips semua membantu menjaga gerakan @GUSDURians tetap istiqomah.
Gunakan kata Pengikut GusDur untuk merujuk orang-orang, dan 'Gerakan Kader GusDur' utk gerakan politik.
Bantu ya kakak-kakak yang baik hatinya.
Terimakasih dan salam cinta Indonesia.
Ohya, tidak ada perpecahan di Ciganjur. Kami mendiskusikan semuanya. Sikap & deklarasi @yennywahid pun demikian.
Jadi lupakan agenda adu domba ya. Kagak ngefeeeeeek," tulis Alissa Wahid.
Tweet terkait Gusdurian dan Kader Gus Dur ini awalnya diunggah Alissa Wahid untuk menanggapi kicauan politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Guntur Romli, yang menuliskan ucapan bahagianya atas putusan Kader Gus Dur melalui Yenny Wahid untuk mendukung Jokowi-Ma'ruf di Pilpres 2019 mendatang.
"Ini yang benar ya, twips: barisan Kader Gus Dur sebagai gerakan politik memilih bersama pak Jokowi dan kyai Ma'ruf Amin.
Kalau jaringan @GUSDURians tetap tidak berpolitik praktis. Kami fokus pada memastikan kehidupan berbangsa memihak pada rakyat," tulis Alissa Wahid, Rabu (26/9/2018).
• Jokowi Absen di Sidang PBB, Fahri Hamzah: Harusnya Ini Saatnya Curi Perhatian Dunia seperti Soekarno
Pernyataan itu pun mengundang pertanyaan netizen terkait perbedaan antara jaringan yang dibawahi oleh Alissa Wahid dengan yang dibawahi Yenny Wahid.
Netizen @silvia_phien yang memberikan pertanyaan itu pun mendapatkan jawaban langsung dari Alissa.
"Sama-sama mengusung warisan Gus Dur, strateginya yang berbeda:
- GusDur sang aktivis demokrasi kerakyatan dijaga via @GUSDURians
- GusDur sang politisi, dijaga oleh gerakan kader GusDur bersama @yennywahid
Dua-duanya harus ada dan dibedakan karena watak strateginya berbeda," jelas Alissa, Kamis (27/9/2018) pagi.
(TribunWow.com/Ananda Putri Octaviani)