Gejolak Rupiah
Sri Mulyani Sebut Pelemahan Impor Berdampak pada Pertumbuhan Ekonomi, Rizal Ramli Beri Tanggapan
Mantan Menteri Keuangan, Rizal Ramli memberikan tanggapan terkait pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani soal pertumbuhan ekonomi.
Penulis: Vintoko
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNWOW.COM - Mantan Menteri Keuangan, Rizal Ramli memberikan tanggapan terkait pernyataan Menteri Keuangan, Sri Mulyani, soal pertumbuhan ekonomi.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan melalui akun Twitter-nya, @RamliRizal, yang ditulis Kamis (13/9/2018).
Awalnya, Rizal Ramli mentautkan pemberitaan terkait pernyataan Sri Mulyani yang menyebut pertumbuhan ekonomi bisa meleset lantaran pelemahan impor.
• Imbas Pelemahan Rupiah, Sri Mulyani: Bukan pada Utangnya, namun pada Defisit Transaksi Berjalan
Terkait hal itu, Rizal Ramli membenarkan pernyataan Sri Mulyani itu.
Menurutnya, kebijakan ekonomi memiliki fokus utama untuk pengetatan (austerity).
"Ya pastilah meleset, wong kebijakan utamanya pengetatan (austerity) dan selalu “behind the curve” alias “telmi” dan ‘printilan’," cuit Rizal Ramli.

Sementara itu diberitakan Kompas.com, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan ada risiko negatif dari pelemahan impor yang berkelanjutan terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Impor sebelumnya diperkirakan akan mulai melemah pada kuartal III 2018 seiring dengan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
"Kami memproyeksikan, impor akan sedikit menurun, sehingga mempengaruhi apakah itu di sisi investasi maupun konsumsi," kata Sri Mulyani usai rapat bersama Komisi XI DPR RI, Kamis (13/9/2018).
• Tengok Atlet Balap Sepeda Asian Para Games, Imam Nahrawi Tandem hingga Pimpin Doa
Melemahnya impor menurut Sri Mulyani, jika terus berlangsung hingga tahun 2019, bisa berdampak buruk terhadap pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah melalui tahapan pembahasan Rancangan APBN 2019 menargetkan pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 sebesar 5,3 persen.
"Kami tetap pada pemikiran growth (2019) di 5,3 persen dan kami akan tetap menjaga seluruh komponen, baik dari sisi agregat demand-nya maupun supply-nya. Namun, downside risk yang kami sampaikan ke dewan adalah kalau terjadi dinamika ini, kemungkinan akan menekan pertumbuhan ke 5,15 persen," tutur Sri Mulyani.
Untuk mengantisipasi risiko tersebut, langkah yang dapat ditempuh adalah terus menggenjot ekspor guna mengimbangi pelemahan impor.
Meski impor sempat tumbuh tinggi beberapa waktu belakangan, pelemahan impor ke depan akan berdampak pada perekonomian Indonesia secara keseluruhan, terutama dalam hal kinerja industri Tanah Air.
• Fakta-fakta Bayi Bermata Satu di Mandailing Natal, Kejadian ke-7 di Dunia hingga Tanggapan Para Ahli
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) hingga akhir Juli 2018, porsi impor paling banyak ada pada kategori bahan baku (75 persen), disusul dengan barang modal (16 persen), dan barang konsumsi (9 persen).