Breaking News:

Pilpres 2019

Soal Pantun 'Surga-Neraka' Farhat Abbas, Dedi Mulyadi: Gimmick Politik Hanya Membawa Kebodohan

Setelah membuat pantun untuk capres-cawapres dukungannya, anggota tim kampanye Joko Widodo (Jokowi)-Maruf Amin, Farhat Abbas, menuai banyak kritikan.

Penulis: Tiffany Marantika Dewi
Editor: Astini Mega Sari
Grafis Tribunwow/Kurnia Aji Setyawan
Dedi Mulyadi 

TRIBUNWOW.COM - Setelah membuat pantun untuk capres-cawapres dukungannya, anggota tim kampanye Joko Widodo (Jokowi)-Maruf Amin, Farhat Abbas, menuai banyak kritikan.

Satu di antaranya adalah kritikan dari Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Dedi Mulayadi.

Kritikan tersebut disampaikan Dedi melalui akun Twitter miliknya, @DediMulyadi71, Rabu (12/9/2018).

Dengan mentautkan berita terkait Farhat Abbas, Dedi mengatakan jika dirinya tak menyetujui perkataan pengacara yang satu itu.

Menurut Dedi, Farhat  sebagai anggota tim kampanye seharusnya fokus pada pendidikan politik, infrastruktur, industri, dan sebagainya.

Berikut ini kicauan Dedi  yang dikutip TribunWow.com.

Tanggapi Pantun Surga-Neraka Farhat Abbas, Prabowo: Aduh, Aku Masuk Neraka Dong Kalau Gitu

"Yang Pilih Jokowi Masuk Surga, Yang Gak Pilih Jokowi Masuk Neraka” merupakan kalimat yang sangat mudah dilontarkan tetapi memiliki implikasi negatif yang kuat. Yakni, menyeret Agama yang suci ke dalam wilayah politik yang bersifat pragmatis.

 

Sejak awal, saya tidak begitu menyetujui tema yang mengatasnamakan Kuasa Allah yang memiliki otoritas Surga dan Neraka dibawa ke dalam area politik.

Bung Farhat, sebaiknya kita fokus melakukan pendidikan politik agar publik menjadi pemilih cerdas. Nalar yang harus dibangun adalah pemahaman terhadap kualitas program. Banyak sekali program Pak Jokowi yang bisa dijelaskan kepada masyarakat luas.

Pembangunan infrastruktur dan pemukiman yang mulai merata dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote harus tersampaikan kepada publik. Termasuk, suprastruktur dan infrastruktur ekonomi Indonesia yang kokoh di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Masyarakat Indonesia masih bisa berbelanja di pasar, sektor industri masih mampu berproduksi secara maksimal, para petani kita masih bisa bertani dan berladang. Anak-anak sekolah masih bisa pergi ke sekolah dan menerima pelajaran dengan baik.

Tanggapi Cuitan Farhat Abbas, Tsamara Amany: Kami Tak Membangun Narasi Berbasis Agama

 

Keluhan justru lebih banyak dilontarkan oleh mereka yang tidak merasakan keluhan yang mereka lontarkan sendiri. Masyarakat dan kaum pekerja tidak pernah berbicara karena tidak memiliki kepentingan politik.

Seharusnya, mereka itulah yang mendapatkan perlindungan, mulai dari jaminan kesehatan sampai jaminan hari tua. diskusi program seperti ini sangat dibutuhkan agar politik dapat dijangkau dengan pikiran yang jernih dan nalar yang sehat.

Halaman
12
Sumber: TribunWow.com
Tags:
Farhat AbbasPilpres 2019Dedi Mulyadi
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved