Gejolak Rupiah
Ronnie Higuchi Rusli: Pengamat Tanggung Berimajinasi Mengartikan Krisis 2018 Sama dengan Krisis 1998
Ronnie Higuchi Rusli menyampaikan banyak pengamat ekonomi tanggung yang mengartikan krisis ekonomi 2018 sama dengan krisis ekonomi tahun 2018.
Penulis: Qurrota Ayun
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Dosen Universitas Indonesia (UI) Ronnie Higuchi Rusli memberikan pendapat terkait kondisi perekonomian Indonesia pada saat ini.
Hal ini disampaikan Ronnie Higuchi Rusli melalui laman Twitternya @Ronnie_Rusli, Sabtu (8/9/2018).
Ronnie Higuchi Rusli menyampaikan banyak pengamat ekonomi tanggung yang mengartikan krisis ekonomi 2018 sama dengan krisis ekonomi di tahun 2018.
Menurutnya, jika dianggap sama hal ini sama dengan berimajinasi.
• Faisal Basri Beberkan Alasan Kecilnya Kemungkinan Terjadi Krisis seperti Tahun 1998
Ronnie Higuchi Rusli menegaskan, kondisi ekonomi Indonesian tahun 2018 dengan tahun 1998 tidak sama.
"Banyak pengamat tanggung yang mengartikan krisis 2018 dikaitkan dengan imajinasi sama persis dengan krisis ekonomi di tahun 1998. TIDAK SAMA!," tulis Ronnie Higuchi Rusli dalam akun Twitternya.

Ronnie Higuchi Rusli menjelaskan setiap krisis ekonomi yang terjadi selalu berbeda dimensinya.
Berbeda dengan kondisi saat ini, di tahun 1998 ketika terjadi krisis, Ronnie Higuchi Rusli menyebut semua bisnis bangkrut, toko-toko di mall tutup, biaya hidup semakin tinggi dan tidak ada lapangan pekerjaan.
"Krisis ekonomi itu tidak pernah sama dimensinya jadi jangan berfikir seperti 1998 ada yang lari sana-sini, kekurangan pasok makanan etc, melainkan dengan pola pengangguran, semua bisnis bangkrut, STC sepi, toko-toko di Mall tutup, biaya hidup makin tinggi, lapangan pekerjaan tidak ada," tulis @Ronnie_Rusli.
• Kwik Kian Gie hingga Ari Kuncoro Sebut Indonesia Tidak akan Alami Krisis seperti Tahun 1998

Diberitakan sebelumnya dari Kompas.com, Rabu (5/9/2018), Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual memastikan depresiasi rupiah yang terjadi saat ini berbeda dengan depresiasi rupiah di tahun 1998.
"Pelemahan rupiah tahun ini dibandingkan 1998 yang anjloknya 80 persen dari Rp 2.500 secara tiba-tiba ya sangat jauh ya. Selain itu, waktu itu juga tidak ada kenaikan gaji sehingga daya beli masyarakatnya menurun dan harga-harga melonjak tinggi," kata David, Selasa (4/9/2018).
Menurut David, meski ada pelemahan sepanjang lebih dari satu semester, tahun ini juga diiringi dengan kenaikan gaji dan harga-harga yang cukup terjaga.
Sementara itu, Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyebutkan kondisi fundamental perekonomian Indonesia saat ini sangat berbeda dengan fundamental perekonomian Indonesia 20 tahun lalu.
• Teddy Gusnaidi Memaparkan Kondisi Ekonomi Indonesia di Era Jokowi, SBY, serta Krismon 1998
Kala itu, krisis di Indonesia diawali oleh krisis mata uang Thailand bath dan ditambah buruk dengan pengelolaan utang luar negeri swasta yang tidak hati-hati.
Hal ini dikarenakan sebagian utang tersebut tidak mendapatkan lindung nilai.
Selain itu, penggunaan utang jangka pendek untuk pembiayaan usaha jangka panjang dan penggunaan utang luar negeri untuk pembiayaan usaha domestik turut memperparah kondisi fundamental ekonomi dalam negeri.
"Krisis utang swasta tersebut yang kemudian mendorong tekanan pada rupiah di mana tingkat depresiasinya mencapai sekitar 600 persen dalam kurun waktu kurang dari setahun, dari Rp 2.350 per dolar Amerika Serikat (AS) menjadi Rp 16.000 per dolar AS," jelas Josua.
Ia menambahkan, kondisi itu sangat berbeda dengan saat ini.
Menurutnya, pengelolaan utang luar negeri swasta cenderung lebih berhati-hati.
• Rustam Ibrahim: Membandingkan Krisis 1998 dengan 2018 Bodoh Namanya
Bank Indonesia (BI) juga telah mewajibkan transaksi lindung nilai bagi korporasi dalam rangka mengelola risiko nilai tukar.
"Pengelolaan yang lebih baik dari utang luar negeri swasta terlihat dari pertumbuhan utang jangka pendek yang cenderung rendah. Dalam jangka pendek, BI akan tetap mengelola stabilitas nilai tukar rupiah dengan melakukan dual intervension di pasar valas dan pasar obligasi," terangnya.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Bank Indonesia (BI), Badan Pusat Statistik (BPS), dan CEIC, rupiah terdepresiasi sangat dalam pada periode September 1997 ke September 1998.
Pada September 1997, rupiah berada di level Rp 3.030 per dolar AS dan terdepresiasi hingga 254 persen pada September 1998 menjadi Rp 10.725 per dolar AS.
Sementara pada September 2017, rupiah ada pada level Rp 13.345 per dolar AS dan melemah hanya 11 persen per tanggal 3 September 2018 menjadi Rp 14.815 per dolar AS.
"Kala pelemahannya seperti 1998, rupiah seharusnya mencapai Rp 47.241 per dolar AS pada September 2018," tulis data tersebut.
Hal lainnya yang kemudian membedakan kondisi rupiah 1998 dengan rupiah 2018 adalah dari sisi cadangan devisa.
Cadangan devisa 1998 tercatat 23,61 miliar dolar AS, sedangkan pada 2018 mencapai 118,3 miliar dolar AS.
• Rupiah Tembus Rp 14.800, Dekati Tingkat Krisis Asia Tahun 1998
Selanjutnya, peringkat surat utang pemerintah 20 tahun silam adalah junk yang artinya di bawah layak investasi dan kualitasnya jelek.
Sementara pada 2018, peringkat surat utang pemerintah adalah BBB dengan outlook stabil atau layak investasi (investment grade).
Di sisi lain, dari sisi net capital inflow secara kuartalan, kondisi pada kuartal II 2018 jauh lebih baik yakni berada pada angka 4,015 miliar dolar AS.
Kondisi itu jauh lebih baik dibandingkan net capital inflow pada kuartal II 1998 yaitu minus 2,470 miliar dolar AS.
Dari sisi pertumbuhan ekonomi, pada kuartal II tahun 1998 pertumbuhan ekonomi minus 13,34 persen dibandingkan kuartal II 1997 atau secara year on year (yoy).
Sementara pada kuartal II 2018, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,27 persen yoy.
Tak hanya itu, faktor lainnya yang membuat berbeda kondisi rupiah 1998 dan 2018 adalah inflasi.
• Bandingkan Krisis 1998 dengan Ancaman Krisis saat Ini, Rizal Ramli: Dulu Punya Bantalan Ekonomi
Inflasi pada Agustus 1998 menyentuh 78,2 persen yoy, sedangkan inflasi Agustus 2018 hanya 3,2 persen yoy.
Kemudian angka kemiskinan juga menjadi faktor pembeda kondisi ekonomi pada 1998 dan 2018.
Setidaknya ada 24,2 persen atau sekitar 49,5 juta orang penduduk miskin pada 1998, sedangkan pada 2018 angka kemiskinan hanya 9,82 persen atau 25,9 juta orang.
Hingga hari ini, Senin (10/9/2018), berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS adalah Rp 14.835.
Dikutip dari situs resmi BI, berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) pada Senin (10/9/2018), nilai tukar rupiah berada di level Rp 14.835 per dolar AS.
Sedangkan kurs transaksi BI menunjukkan nilai tukar rupiah berada di Rp 14.909 per dolar AS pada kurs jual dan Rp 14.761 per dolar AS pada kurs beli. (TribunWow.com/ Qurrota Ayun)