Agenda Presiden
Fahri Hamzah Tulis Surat Terbuka untuk Jokowi terkait Kunjungan Presiden ke Korea Selatan
Fahri Hamzah menuliskan pesan agar Jokowi mempelajari sejarah pemberantasan korupsi di Korea Selatan.
Penulis: Roifah Dzatu Azma
Editor: Lailatun Niqmah
"Sambil pak @jokowi berpikir, teken saja kerjasama dan ikut saja pola Korea selatan. Gak usah malu untuk kebaikan negeri. Lihat Korsel itu, industri hidup, kelas menengah tumbuh.
Kita merdeka bareng, bikin KPK bareng tapi hasil lain. Kenapa? Karena mereka mau koreksi."
"Kita berkejaran dengan waktu. Sementara Korea selatan tambah menguasai industri dunia; mulai soal otomotif, elektronik dan digital media, sampai K-POP dan restoran di mana-mana. Eh kita sibuk tangkap pencuri. Dan dianggap prestasi. Tambah banyak dianggap tambah sukses."

Diakhir pesan untuk Jokowi, Fahri menutupnya dengan memposting quote dari Albert Einstein.
"Pantaslah saya tutup dengan poster #AlbertEinstein di bawah ini tentang definisi kegilaan. “Gila itu: melakukan sesuatu dengan cara yang sama tapi berharap hasil yang berbeda”. Ini sudah 16 tahun bapak!" tulis akun @fahrihamzah.
• Jawaban Mahfud MD saat Ditanya Mendukung Prabowo-Sandi atau Jokowi-Maruf Amin?
Sebagai informasi, sebelumnya Korea Selatan memiliki lembaga KICAC yang berdiri pada tahun 2002 dan kemudian dibubarkan Presiden Korsel Lee Myung Bak.
Dengan alasan adanya lembaga KICAC mengganggu hubungan pemerintah dan pengusaha.
Lee Myung Bak adalah Presiden Korea Selatan tahun 2008 yang berlatar belakang pengusaha yang membubarkan KICAC.
“Sebagai gantinya dibentuklah Anti Corruption and Civil Rights Commision (ACRC) yang merupakan gabungan dari KICAC, Ombudsman, dan Komisi Banding Administratif,” tutur Manager Riset Transparancy Internasional Indonesia Wawan Suyatmiko, dikutip dari Kompas.com, Kamis (7/6/2018)..
Perbedaan KICAC dan ACRC sendiri pernah diungkapkan Fahri Hamzah seusai berkunjung ke Transparansi Internasional Korea Selatan di Seoul.
Menurut Fahri Hamzah, bahwa perbedaan pemberantasan korupsi Korea dan Indonesia adalah pada dukungan civil society atau lembaga-lembaga swadaya masyarakat anti-korupsi terhadap DPR.
"Di Korea ACRC dan pegiat anti korupsi bekerja sama dengan baik dengan National Assembly (DPR Korea). Kalau di negara kita, DPR justru dihantam kiri kanan dan dikesankan sebagai sarang koruptor," ucap Fahri dalam keterangan tertulis, Kamis (29/6/2017), dikutip dari Tribunnews.com, Jumat (30/6/2017).
Sebelumnya, Fahri Hamzah juga pernah menyindir Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan menyebutnya sebagai beban bangsa dan sekelompok orang penipu.
Hal tersebut diungkapkan Fahri lewat cuitannya, Selasa (4/9/2018) saat dirinya berada dalam penerbangan Jakarta-Lombok.
"KPK adalah beban bangsa ini, sebuah lembaga dan sekelompok orang yang menipu negeri ini.
Tapi, akan ada akhir. Entah kapan, yang penting saya sudah sampaikan dan yang penting bapak sudah saya ingatkan. Agar tak ada sesal nanti.Flight Jakarta - Lombok,
4/9/2018.
Fahri Hamzah," kicau Fahri.
BACA JUGA: Fahri Hamzah Sebut KPK adalah Beban Bangsa dan Sekelompok Penipu
(TribunWow.com/ Roifah Dzatu Azma)