Beredar Isu Kenaikan Harga BBM, Pertamina Berikan Klarifikasi
PT Pertamina memberikan klarifikasi melalui laman Twitter @pertamina, Jumat (7/9/2018) terkait isu kenaikan harga BBM.
Penulis: Qurrota Ayun
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNWOW.COM - Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) memunculkan isu kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di media sosial.
Terkait dengan hal ini, PT Pertamina memberikan klarifikasi melalui laman Twitter, @pertamina, pada Jumat (7/9/2018).
Pertamina menyebut isu yang menyebar terkait kenaikan harga BBM adalah hoax (hoaks).
Pertamina menjelaskan jika harga BBM masih sama dan tidak mengalami penyesuaian.
Dalam Twitternya, Pertamina mengunggah capture berita kenaikan harga BBM dan menuliskan kata hoax dengan warna merah.
• Rupiah Mulai Menguat, Bank Indonesia Beri Tanggapan
"Sobat, informasi tentang kenaikan harga BBM malam ini adalah HOAX ya. Harga BBM Pertamina masih tetap dan tidak mengalami penyesuaian," tulis Pertamina.
Berita hoax yang beredar menyebutkan harga premium naik menjadi Rp 9.500.
Harga pertalite naik menjadi Rp 11.000.
Sedangkan Pertamax naik menjadi Rp 14.000.
Klarifikasi juga disampaikan melalui situs resmi Pertamina, pertamina.com, Rabu (5/9/2018).
Vice President Corporate Communication Pertamina, Adiatma Sardjito menegaskan harga BBM masih tetap dan belum ada rencana penyesuaian harga.
Sebelumnya, ekonom Indonesia juga membahas kenaikan harga BBM sebagai solusi untuk menjaga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
• Ekonom Sebut Rupiah Masih Bisa Tertekan karena Isu Eksternal
Kepala Riset MNC Sekuritas, Edwin Sebayang menyarankan pemerintah untuk mencabut subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan listrik, atau dengan kata lain menaikkan harga.
Edwin Sebayang menuturkan adanya sentimen krisis global bukanlah menjadi penyebab utama merosotnya nilai tukar dan indeks saham, dilansir TribunWow.com dari Kontan.co.id, Rabu (5/9/2018).
Menurutnya, permintaan impor subsidi BBM dan listrik menjadi satu diantara penyebab utama indeks saham dan nilai tukar rupiah melemah.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), defisit neraca berjalan mencapai 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak semester II tahun 2014.
Defisit neraca berjalan sepanjang semester II tahun 2018 mencapai 8 miliar dolar AS.
• Soal Nilai Tukar Rupiah, Wakil Ketua Tim Kampanye Jokowi-Maruf: Jangan Dipolitisasi
"Kita tak perlu jauh-jauh melihat sentimen eksternal. Saat ini yang perlu dilakukan pemerintah adalah mencabut subsidi BBM dan listrik atau dengan kata lain menaikkan harga BBM dan listrik sehingga bisa perbaiki dan sehatkan perekonomian indonesia yang selama ini defisit karena masih banyak aktivitas impor dan maka dengan begitu kinerja rupiah terhadap dollar akan membaik serta pergerakan IHSG akan kembali membaik," ujar Edwin Sebayang.
Edwin Sebayang menyarankan pemerintah berani menerapkan kebijakan tersebut.
Sehingga, neraca perdagangan Indonesia stabil dan rupiah maupun indeks saham kembali menguat.
Pendapat berbeda diungkapkan ekonom Universitas Indonesia (UI) sekaligus Chief Economist PT Samuel Sekuritas Indonesia Tbk, Lana Soelistianingsih, diberitakan dari Kontan.co.id, Kamis (6/9/2018).
Lana berpendapat, menaikkan harga BBM saat ini sama dengan menciptakan masalah baru.
Menurutnya, kenaikan BBM justru akan menyebabkan harga barang naik dan memicu inflasi.
• Rupiah Mulai Menguat, Jusuf Kalla: Baguslah Ada Pengaruh dari Kebijakan Pemerintah
Lana menuturkan, menaikkan BBM juga belum tentu bisa menahan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Menurutnya, pelemahan rupiah yang terjadi pada saat ini disebabkan oleh faktor eksternal.
“Karena faktor eksternalnya juga kuat mengganggu. Nah itu enggak bisa kita kontrol, faktor eksternal. Jadi, jangan mengambil masalah terlalu banyak maksud saya. Fokus saja pada satu masalah rupiah, beresin dulu ini. Enggak usah bikin masalah lain yang nggak perlu. BBM dinaikkan, inflasi naik. Enggak perlu itu,” ujar Lana.
Untuk mengatasi gejolak rupiah saat ini, Lana berpendapat pemerintah bisa fokus pada kebijakan mengembalikan Devisa Hasil Ekspor (DHE) yang ada di luar negeri.
Upaya lain dari pemerintah, menurutnya adalah dengan mengurangi impor BBM.
Lana juga mengimbau masyarakat untuk menggunakan transportasi umum agar bisa menghemat penggunaan BBM.
“Supaya enggak impor BBM, sambil menunggu LRT, MRT-nya jalan bisa enggak teman-teman pakai transportasi publik yang ada sekarang? Itu salah satu yang bisa mengurangi (impor BBM). (Kebijakan) B20 juga bisa (mengurangi impor BBM). Impor dikurangi, untuk ekspor, DHE- nya diminta masuk. Tolong jangan naikin BBM karena itu akan menambah masalah,” jelasnya. (TribunWow.com/ Qurrota Ayun)