Gejolak Rupiah
Soal Kondisi Ekonomi Indonesia, Teddy Gusnaidi: Jangan Dimanfaatkan untuk Kepentingan Politik
Dewan Pakar PKPI, Teddy Gusnaidi, memberikan tanggapannya soal kondisi perekonomian Indonesia hingga ajak semua pihak turut membantu stabilkan rupiah.
Penulis: Ananda Putri Octaviani
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNWOW.COM - Dewan Pakar PKPI, Teddy Gusnaidi, memberikan tanggapannya soal kondisi perekonomian Indonesia.
Dilansir TribunWow.com, hal tersebut disampaikan Teddy Gusnaidi melalui laman Twitternya, @TeddyGusnaidi, Kamis (6/9/2018).
Ia menyebutkan, meskipun nilai tukar rupiah di era Jokowi terus meningkat, perekonomian Indonesia masih tetap stabil.
Meski demikian, ia menyebutkan, pemerintah tetap bekerja sangat keras untuk menyiasati efek dari naiknya harga dolar Amerika Serikat (AS).
• Rupiah Melemah, Luhut Binsar Panjaitan Tunda Proyek Pembangunan Listrik di Pulau Jawa
Teddy juga memaparkan, kemampuan ekonomi masyarakat saat ini sudah sangat tinggi jika dibandingkan dengan tahun 1998.
Lebih lanjut, Teddy mengajak seluruh pihak untuk bekerja sama menangani peningkatan harga dolar AS.
Berikut pernyataan Teddy Gusnaidi mengenai hal tersebut
"1. Katanya jangan sampai dolar menyentuh 13 ribu, ekonomi bisa anjlok. setelah 13 ribu, ternyata ekonomi makin stabil. Lalu direvisi, jangan sampai 13.500,- ekonomi anjlok. Eh, gak juga. Revisi lagi 14.000, 14.500, sampai 15 ribu, ternyata ekonomi gak anjlok juga. Ini gimana sih?
• Dahnil Anzar Kritik Kebijakan Ekspor dan Impor Pemerintah Hadapi Gejolak Rupiah
2. Lalu kalau gak anjlok, apa dibiarkan harga dolar meroket? tentu saja tidak. Pemerintah skrg ini bekerja sangat keras. Mrk hrs menyiasati bgmn efek kenaikan dolar karena masalah external dunia, tdk merugikan para pelaku ekonomi di Indonesia & tentu menjaga stabilitas keamanan.
3. Kok bisa gak anjlok? Sejak pemerintahan dipegang pak Jokowi, dolar naik trs karena gempuran masalah dunia yg berimbas ke semua negara termasuk Indonesia. Knp Indonesia ttp terjaga ekonominya, walaupun dlm rentang kepemimpinan Jokowi, tentu ada kenaikan harga wl tdk signifikan?
4. Begini.. dulu harga dolar di tahun 1998 di angka 16.650,- harga rokok naik menjadi 4-5 ribu. Harga rokok saya dulu di harga sekitar 4 ribu. Saya terpaksa harus beli, karena saat itu rokok adalah kebutuhan pokok saya. Tapi pas lagi kering, terpaksa ngeteng beli rokok.
5. Harga rokok saya sekarang 20 ribu dengan kurs dolar 15 ribu. Perbandingannya dengan yang dulu adalah, di Tahun 1998, ketika saya punya uang 1 dolar, maka saya bisa beli 4 bungkus rokok. Kalau sekarang, saya punya 1 dolar, saya tidak bisa beli sebungkus rokok.
6. Artinya apa? artinya jika utk mencapai KONDISI ekonomi masyarakat yg terpuruk seperti di tahun 1998, maka harga dolar harus ada di angka 80-100 ribu per dolar. Hitungannya sederhana saja, kondisi hari ini, perokok tidak masalah membeli rokok sebungkus bahkan 2 bungkus per hari
7. Tahun 1998, di saat harga dolar 16.650, masyarakat hanya mampu membeli rokok sebungkus seharga 4 ribu. Jadi kalau sehari 4 ribu, maka untuk kebutuhan rokok 4 hari, kita baru keluarkan 1 dolar. Kalau sekarang harus keluarkan 5,5 dollar untuk 4 hari. Bahkan bisa sampai 8 dolar.
8. 5 Thn lalu, dgn uang 2 ribu, saya bisa beli bakwan 3. Skrg dgn uang 2 ribu saya dapat bakwan 2. Jika dolar mencapai 18 ribu lalu bakwan jadi 1500 per buah, masih masuk akal. Karena saya beli tahu jeletot (tahu pedas) satunya 2 ribu. Dan tahu itu selalu habis dibeli masyarakat.
9. Kemampuan ekonomi masyarakat skrg ini sangat tinggi jika dibandingkan tahun 1998, puluhan kali lipat. Indonesia adalah pasar yg paling bagus bagi negara lain utk menjual produknya. Dari produk elektronik, makanan, entertainment dan sebagainya. Kita ini surga bagi negara lain.
• Dua Ajudan Presiden Ungkap Kebiasaan Jokowi saat Foto Bersama Warga: Harus sampai Bagus
10. Maka mari kita sama-sama dengan pemerintah berjuang untuk menghentikan laju dolar dengan meminimalisir kebutuhan terhadap dolar. Kita tidak membeli produk impor dan tunda dulu jalan-jalan ke luar negeri. Perkuat membeli produk Indonesia. Itu yang paling mudah kita lakukan.
11. Ingat, kenaikan dolar saat ini krn efek dari pergerakan ekonomi dunia, bukan karena lemahnya ekonomi bangsa ini. Buktinya dari awal pergerakan dolar naik, ekonomi bangsa ini malah sangat sehat. Masyarakat tdk begitu terpengaruh besar dgn kenaikan dolar yg selama ini terjadi.
• Potret Perpisahan Refly Harun setelah Dicopot dari Jasa Marga
12. Karena ini adalah “invasi”.. “Invasi” dolar ke rupiah, maka semua pihak harus bekerjasama. Karena ini masalah kita bersama. Jangan malah di manfaatkan untuk kepentingan politik. Itu hina sehina-hinanya manusia. Saat bangsanya diserang, dia malah ikut menyerang bangsanya.
13. Ingat, dolar naik sampai 16.650 di tahun 98, bukan karena “invasi” dolar terhadap rupiah. Masalah eksternal sdh berhasil diredam, tapi dolar melonjak karena terjadi kerusuhan 98 & turunnya rezim orde baru. Makanya masalah stabilitas keamanan sangat berhubungan dengan ekonomi.
14. Dolar mau sampai 20 ribu pun tdk akan menggoyahkan ekonomi bangsa ini. Tapi, jika stabilitas keamanan terganggu, maka itulah yg akan menggoyahkan ekonomi bangsa. Jadi jika ada yg mau mengganggu stabilitas keamanan saat ini, maka hrs segera dilibas utk kemaslahatan banyak org.
15. Jelas ya.. 1 dolar tahun 1998 bisa membeli 4 bungkus rokok. Saat itu, banyak yang agak berat membeli rokok sebungkus, sehingga membeli ketengan. Sekarang ini, 1 dolar tidak bisa membeli sebungkus rokok, tapi kita mampu membelinya. Beda kemampuan ekonomi sekarang dan dulu.
• Sophia Latjuba: Saya dan Ariel Sudah Berpisah Lebih dari Setahun
16. Mari kita bersama-sama melawan “invasi” dolar dengan berbagai hal yang bisa kita lakukan. Yang lebih mudah lagi adalah, dengan tidak memprovokasi dan tidak menyebarkan kebencian soal kenaikan harga dolar. Itu sudah sangat membantu..
17. Kalau bisa kita jadikan dolar sampai dibawah 10 ribu rupiah, agar para pelaku ekonomi di Indonesia bisa semakin sehat sehingga ekonomi masyarakat dan bangsa bisa lebih sehat dari sekarang ini.
Terima kasih," tulis Teddy.
(TribunWow.com/ Ananda Putri Octaviani)