Andi Arief Kembali Mangkir dari Panggilan Bawaslu Terkait Dugaan Mahar Rp 500 M
Bawaslu menerima surat pemberitahuan ketidakhadiran Andi Arief pada Kamis (23/8/2018) malam.
Penulis: Maria Novena Cahyaning Tyas
Editor: Wulan Kurnia Putri
TRIBUNWOW.COM - Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Demokrat Andi Arief kembali mangkir dari panggilan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) terkait dugaan mahar Rp 500 miliar yang melibatkan Sandiaga Uno, PAN, dan PKS.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Bawaslu, Abhan, pada Jumat (24/8/2018), dilansir TribunWow dari KompasTV.
Bawaslu menerima surat pemberitahuan ketidakhadiran Andi Arief pada Kamis (23/8/2018) malam.
Kendati demikian, Abhan menyebut Andi Arief bersedia datang pada Senin (27/8/2019).
• Rupiah Kembali Melemah, Analis Sebut Bisa Tembus Rp 14.700 Per Dolar Amerika Serikat (AS)
"Kalo nggak salah sudah tiga kali ya (panggilan).
Tapi kita hormati untuk Senin itu bisa hadir, mudah-mudahan nggak menunda lagi supaya jelas persoalannya," tutur Ketua Bawaslu.
Lebih lanjut, Abhan menuturkan bahwa Bawaslu tidak mempunyai kewenangan untuk memanggil paksa Andi Arief sebab bukan termasuk proses penyidikan pro justitia melainkan proses untuk pengumpulan bukti-bukti.
Diberitakan sebelumnya, Wasekjen Partai Demokrat ini mengaku akan memenuhi panggilan Bawaslu pada Jumat (24/8/2018).
• Putra Presiden Jokowi Bantu Comblangkan Warganet di Akun Twitternya
Andi Arief juga sempat mangkir pada panggilan pertama Bawaslu, Senin (20/8/2018).
Politisi Partai Demokrat ini beralasan bahwa dirinya tengah berada di Lampung bersama orangtuanya.
Andi Arief akan diperiksa sebagai saksi terkait dugaan mahar politik yang melibatkan Sandiaga Uno, PKS, dan PAN.
Dalam kicauannya di akun Twitter @andiarief__, Andi Arief menuliskan bahwa Sandiaga memberikan masing-masing Rp 500 miliar kepada PKS dan PAN agar bisa maju sebagai pendamping Prabowo Subianto di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
• Fadli Zon Mengaku Bertemu Ratusan Jemaah Haji yang Mengucapkan #2019GantiPresiden: Saya Aminkan Saja
Oleh sebab itu, Andi pernah menyebut Prabowo dengan sebutan 'jenderal kardus'.
"Operasi pertama adalah Jokowi Calon tunggal.
Jika tidak berhasil maka operasi selanjutnya menunjuk wakil Prabowo yang lemah dengan memanfaatkan kesulitan logistik Prabowo.
Kalau sepakbola namanya pengaturan skor,"

"Sejak dulu saya ragu apakah gelegar suaranya sama dengan mentalnya.
Dia bukan strong leader, dia chicken,"
"Prabowo ternyata kardus, malam ini kami menolak kedatangannya ke kuningan.
Bahkan keinginan dia menjelaskan lewat surat sudah tak perlu lagi.
Prabowo lebih menghargai uang ketimbang perjuangan. Jendral kardus,"

• Jokowi Tandatangani Inpres, Fadli Zon: Masih Abaikan Tuntutan Masyarakat
"Jenderal Kardus punya kualitas buruk, kemarin sore bertemu Ketum Demokrat dengan janji manis perjuangan.
Belum dua puluh empat jam mentalnya jatuh ditubruk uang sandi uno untuk mengentertain PAN dan PKS.

Partai Demokrat tidak alami kecocokan karena Prabowo dalam menentukan cawapresnya dengan menunjuk orang yang mampu membayar PKS dan PAN. Ini bukan DNA kami," tulis Andi Arief. (*)