Rupiah Melemah, Ini Pendapat Menteri Keuangan Sri Mulyani
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan bahwa kondisi perekonomian Indonesia dengan Turki berbeda jauh.
Penulis: Qurrota Ayun
Editor: Astini Mega Sari
TRIBUNWOW.COM - Nilai tukar rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia pasa Selasa (14/8/2018) tercatat Rp 14.625 per dolar Amerika Serikat (AS).
Krisis ekonomi Turki yang mengakibatkan uang lira merosot disebut-sebut berdampak pada nilai tukar rupiah.
Dilansir TribunWow.com dari Kompas.com, Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan bahwa kondisi perekonomian Indonesia dengan Turki berbeda jauh.
Sri Mulyani memaparkan yang paling terlihat adalah inflasi Indonesia yang saat ini mencapai 3,18 persen secara tahunan, sedangkan Turki mencapai lebih dari 15 persen secara tahunan.
"Perbedaan yang sangat nyata itu inflasi kita. Kalau di Turki sudah di atas 15 persen. Growth kita 5 persen, tapi tidak berhubungan dengan CAD (current account deficit) yang tinggi seperti di Turki," ujar Sri Mulyani, Selasa (14/8/2018).
• Gerindra: Merenung Kami Melihat Kesaksian Mahfud MD
Sejak awal tahun rupiah melemah sebesar 7,8 persen terhadap dolar AS, sedangkan lira Turki melemah sebesar 40 persen.
Sri Mulyani menyebut pemerintah Indonesia juga melakukan antisipasi terhadap tekanan dolar AS dengan melakukan pembiayaan luar negeri secara hati-hati.
Selain itu, ia juga memberi tanggapan terkait pernyataan bakal calon wakil presiden (cawapres) Sandiaga Uno yang menyebut bahwa melemahnya rupiah disebabkan Indonesia terlalu banyak melakukan impor.
Sri Mulyani tidak membantah pernyataan Sandiaga tersebut, menurutnya saat ini pemerintah sedang berupaya untuk mengendalikan impor sejumlah komoditas.
"Ya tadi sudah dijelasin, kita mau mengendalikan impor, itu yang dilakukan. Dan ekspor itu sudah bagus," ujar Sri Mulyani kepada Kompas.com usai rapat terbatas mengenai peningkatan cadangan devisa, di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (14/8/2018) sore.
Dalam rapat tersebut, Indonesia diharuskan mengurangi impor yang tidak diperlukan untuk meningkatkan cadangan devisa dan pengutan rupiah.
• Ketua DPP Demokrat: Pasca Pendaftaran Pilpres, Kedua Kubu Masih Muncul Drama dan Sumber Panas
Sri Mulyani juga menjelaskan pemerintah akan menerapkan pajak penhasilan (Pph) impor sebesar 7,5 persen untuk barang konsumsi dan bahan baku.
Pemerintah akan mengendalikan barang yang permintaannya melonjak tinggi tapi posisinya tidak strategis dan tidak dibutuhkan dalam perekonomian.
Diberitakan sebelumnya dari Kompas.com, Sandiaga memberikan keterangan mengenai melemahnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS).
Menurutnya, melemahnya kurs rupiah disebabkan banyaknya barang impor yang masuk ke Indonesia.