Fahri Hamzah Bahas soal Buzzer, Fadli Zon Akui Followersnya Hilang Sebanyak 6.000 Paska Pilkada
"Lebih dari itu yang saya dengar. Ini perang yang tak terbayangkan. #CyberWar2019," tulis Fahri Hamzah melalui Twitter-nya, @FahriHamzah.
Penulis: Tiffany Marantika Dewi
Editor: Astini Mega Sari
TRIBUNWOW.COM - Media asing di Inggris mengungkapkan tim buzzer yang menjadi bagian dari politik yang sedang berkembang.
Dikutip dari Kompas.com, buzzer merupakan pengguna Twitter dengan pengikut berjumal 2.000 atau lebih yang dibayar untuk mempromosikan produk atau kicauan tertentu lewat rangakaian tweet.
Mulanya, Fahri Hamzah menuliskan berita media asing tersebut yang kemudian diberitakan oleh Wartakota.
"Ini lebih dari sekedar berita yang diungkap harian Inggris The Guardian, di bawah ini:
https://www.theguardian.com/world/2018/jul/23/indonesias-fake-twitter-account-factories-jakarta-politic …
Lalu menjadi berita di media kita seperti berikut:
//wartakota.tribunnews.com/2018/07/24/investigasi-guardian-bongkar-buzzer-ahok-digaji-ratusan-poundsterling-pakai-akun-palsu ….
Lebih dari itu yang saya dengar. Ini perang yang tak terbayangkan. #CyberWar2019," tulis Fahri Hamzah melalui Twitter-nya, @FahriHamzah, Kamis (26/7/2018).
Hal ini pun mendapatkan tanggapan dari Fadli Zon yang mengatakan jika sehari setelah pemilihan kepala daerah (pilkada) ada yang berbeda dari followers Twitter miliknya.
• Tjahjo Kumolo Sebut Dirinya akan Tetap Memilih Jokowi di Pilpres 2019
Fadli mengaku jika ia kehilangan lebih dari 6.000 followers yang ia sebut akun hantu.
"Sehari setelah Pilkada kemarin follower berkurang smp 6000, mungkin ini akun2 hantu yg habis kontrak?," jawab Fadli.
Sementara itu, dikutip dari Wartakota, ada pengakuan dari seorang buzzer di Jakarta.
Sebut saja, Alex, bukan nama sebenarnya.
Dia akan menghidupkan sejumlah akun palsunya dengan melandasi pada garis-garis kemanusiaan.
Bercampur di antara aliran pos-pos politik, avatar-avatarnya, sebagian besar adalah wanita Indonesia yang muda, tapi semuanya palsu (fake).
• SBY Sebut Tak Pernah Tawarkan AHY Cawapres ke Jokowi
Sejumlah akun palsu ini memang bekerja untuk menyebarkan fitnah, kebencian, dan SARA, yang dengan mudah dimakan oleh berbagai akun tiruan lainnya.
Tapi, akun palsu ini ada bukan untuk bersenang-senang; Alex dan timnya diberitahu bahwa mereka melakukan "perang".
"Ketika Anda sedang berperang, Anda menggunakan apa saja yang tersedia untuk menyerang lawan," kata Alex, yang ditemui di sebuah kafe di Jakarta Pusat.
"Tapi, kadang-kadang saya merasa jijik dengan diri saya sendiri."
Proyek itu ada yang mengatasnamakan sebagai bagian dari Muslim Cyber Army (MCA): operasi 'berita palsu' yang dirancang untuk menggagalkan pemimpin Indonesia.
MCA yang menggunakan akun palsu untuk provokasi ini sebagian di antaranya sudah ditangkap.
• Minta Jokowi Umumkan Cawapres, Wasekjen Demokrat: Bila Figurnya Tepat, Bukan Mustahil Kami Mendukung
Selama beberapa bulan di tahun 2017, Alex, yang namanya telah diubah, meyatakan, dia adalah salah satu dari lebih dari 20 orang di dalam pasukan maya rahasia yang memompa pesan dari akun media sosial palsu untuk mendukung Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, yang dikenal sebagai "Ahok" , saat ia berjuang untuk memenangkan kancah pemilihan kembali.
"Mereka mengatakan kepada kami bahwa Anda harus memiliki lima akun Facebook, lima akun Twitter, dan satu Instagram," katanya kepada Guardian.
"Dan, mereka mengatakan kepada kami untuk terus merahasiakannya. Mereka mengatakan, itu adalah 'waktu perang' dan kami harus menjaga medan perang dan tidak memberi tahu siapa pun tentang tempat kami bekerja," katanya.
Indonesia adalah sebuah negara yang menduduki peringkat di antara lima pengguna Twitter dan Facebook teratas secara global, Alex dan kawan-kawannya ini dikenal sebagai "buzzer teams".
Sebuah kelompok yang memerkuat pesan dan menciptakan "buzz" di jejaring sosial.
Meskipun tidak semua tim buzzer menggunakan akun palsu, tapi banyak yang melakukannya.
• Sejumlah Makanan Dilarang Disajikan di Menu Keluarga Kerajaan Inggris, Apa Saja?
Alex mengatakan, timnya yang terdiri dari 20 orang, masing-masing dengan 11 akun media sosial.
Mereka akan menghasilkan hingga 2.400 posting di Twitter sehari.
Operasi ini dikatakan telah dikoordinasikan melalui grup WhatsApp bernama Pasukan Khusus, yang berarti "pasukan khusus" dalam bahasa Indonesia, yang diperkirakan Alex terdiri dari sekitar 80 anggota.
Tim itu memberi makan konten dan hashtag harian untuk dipromosikan.
"Mereka tidak ingin akun menjadi anonim sehingga mereka meminta kami untuk mengambil foto untuk profil, jadi kami mengambilnya dari Google, atau kadang-kadang kami menggunakan foto dari teman-teman kami, atau foto dari grup Facebook atau WhatsApp,” kata Alex.
“Mereka juga mendorong kami untuk menggunakan akun wanita cantik untuk menarik perhatian pada materi; banyak akun yang seperti itu." tambah Alex. (TribunWow.com/Tiffany Marantika)