Tanggapi Omongan Pengamat soal Rupiah, Fadli Zon Sebut Pemerintah Kelihatan Tak Bisa Apa-apa
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fadli Zon turut menanggapi perihal nilai tukar rupiah yang semakin anjlok.
Penulis: Lailatun Niqmah
Editor: Astini Mega Sari
Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Ahmad Mikail mengatakan jika pelemahan rupiah semakin diperumit dengan meningkatnya yield surat utang negara (SUN) tenor 10 tahun.
• Lembaga Surveinya Dituding Sesatkan Publik, Direktur Charta Politika: Ayo Bawa ke Penegak Hukum
Oleh karena itu, menurutnya pemerintah harus memprioritasnya upaya penstabilan rupiah.
Lebih lanjut, Mikail menyebut jika kenaikan suku bunga acuan BI untuk ketiga kalinya di tahun ini hampir dipastikan akan terjadi.
Ia menambahkan jika pemerintah sudah sepatutnya mengurangi defisit anggaran belanja guna mengurangi dampak kenaikan resiko investasi.
Yang artinya, penerbitan surat utang negara diharapkan tidak terlalu agresif.
Di sisi lain, menurutnya pemerintah juga perlu mencari opsi pendanaan lain.
• Menang Versi Resmi Hitung Cepat KPU, Pendukung Paslon Umi-Ardie Berkeliling dengan Telanjang Dada
Seperti mencari pinjaman dana dari lembaga-lembaga internasional.
Dana pinjaman itu ia katakan tidak akan mempengaruhi nilai tukar rupiah.
"Dana yang berasal dari pinjaman sifatnya tidak tradable, jadi tidak mempengaruhi rupiah," ujar Mikail.
Meski rupiah terus terpuruk, Menteri Koordinator (Menko) bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan jika investor tak akan panik.
"Enggak ada itu mereka panik. Baik-baik saja sebab mereka lihat fundamental Indonesia masih bagus dan mereka juga lihat pemerintah biasa-biasa saja, jadi enggak ada masalah," ucap Luhut di kantornya, Kamis (28/6/2018), dikutip Kompas.com.
Luhut menilai jika anjloknya rupiah adalah wajar, melihat dari dampak tekanan global.
• Tak Percaya Hasil Quick Count, Gerindra Klaim Sudrajat-Syaikhu Menang di Pilgub Jabar
Di sisi lain, Deputi I bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim Kemenko Kemaritiman Purbaya Yudi Sadhewa menambahkan bahwa tekanan terhadap rupiah merupakan dampak perang dagang antara AS dan China yang turut membuat ekonomi global tertekan.
Adapun kondisi tersebut kemudian memunculkan kekhawatiran akan berulangnya krisis pada 1998.
Akan tetapi, Purbaya memastikan hal tersebut tak akan terjadi mengingat perekonomian domestik masih baik.