Pesan Gus Mus kepada Yahya Cholil Staquf saat Pamit ke Israel
Ahmad Mustofa Bisri atau yang kerap disapa Gus Mus menceritakan perihal kunjungan Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) ke Israel.
Penulis: Lailatun Niqmah
Editor: Lailatun Niqmah
dia ingin langsung nglurug dan mengkhotbahi orang Israel yang selama ini seperti tak mengenal apa yang namanya rahmah, kasih-sayang.
Waktu pamitan, aku mengingatkan kepadanya untuk meletakkan sikap keberpihakan NU sejak berdirinya --kepada perjuangan Bangsa Palestina-- sebagai landasan upaya/'khotbah'-nya di Israel.
Lalu kupesankan: Tata hatimu, tata niatmu, dan tawakkallah kepada Allah. Wakafã biLlãhi wakiilä.
Alhamdulillah, dia benar-benar melaksanakan apa yang dia tekadkan, mengkhotbahi orang Israel di tempatnya dengan landasan sikap keberpihakan kepada Perjuangan Bangsa Palestina.
'Berkhotbah' bahasa Inggris tentang rahmahnya Islam seperti Yahya, pasti banyak yang bisa dan bahkan jauh lebih bagus.
Tapi Yahya sudah membuktikan apa yang bisa dia lakukan.
"وقل اعملوا فسيرى الله عملكم ورسوله والمؤمنون ، وستردون الى عالم الغيب والشهادة فينبئكم بما كنتم تعملون " (٩ التوبة: ١٠٥)
• SBY Sebut Penguasa Lampaui Batas, Dede Budhyarto: Baru Ngerasa, Padahal 10 Tahun Berkuasa
Diberitakan sebelumnya, Yahya Cholil Staquf menjadi pembicara dalam acara American Jewish Committee (AJC) Global Forum di Yerusalem.
Dalam forum yang dihadiri oleh 2.400 orang tersebut, Gus Yahya hadir sebagai pembicara dan dimoderatori oleh Rabi David Rosen.
Awalnya, David menanyakan bagaimana perasaannya datang ke acara tersebut, setelah apa yang dilakukan oleh Presiden Aburrahman Wahid 16 tahun silam.
Yahya pun mengaku apabila dirinya dan rekan-rekannya hanya sebatas melanjutkan apa yang dilakukan oleh Gus Dur.
Pembawa acara kemudian menyebut jika kehadiran Yahya memiliki signifikansi tersendiri di mata dunia.
Yahya mengatakan apabila idealisme dan visi yang dimiliki oleh Gus Dur adalah keberlangsungan umat manusia dalam jangka panjang.
Ia mengaku jika dirinya merasa beruntung, berkat Gus Dur, pihaknya telah mencapai titik tertentu di mana dirinya bisa melihat arah yang lebih jelas.
Setelah itu, Yahya membahas mengenai hubungan antara Islam dan Yahudi.