Menteri Susi Kirim Pesan ke Jurnalis Asing soal Pemberitaan Perbudakan Nelayan di Benjina
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastusi mengirimkan pesan berisi pertanyaan kepada dua jurnalis media asing Asia Times.
Penulis: Lailatun Niqmah
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastusi mengirimkan pesan berisi pertanyaan kepada dua jurnalis media asing Asia Times.
Dilansir TribunWow.com, hal tersebut disampaikan Menteri Susi melalui akun Twitternya yang diunggah pada Selasa (11/6/2018).
Menteri Susi mengatakan pemberitaan media tersebut yang tayang pada Sabtu (9/6/2018).
Di mana berita tersebut berjudul "Hundreds of fishermen still stuck in Indonesia, returnees say:
Fishermen who ended up as slaves before being rescued from Benjina Island say many others are still stranded"
(Ratusan nelayan masih terjebak di Indonesia, kata orang yang berhasil kembali.
Nelayan berakhir sebagai budak sebelum diselamatkan dari Pulau Benjina mengatakan banyak rekan-rekannya yang masih terdampar di sana-red).
• Kutip Omongan Gus Dur soal Pelengseran, Alissa Wahid: Duwure Opo Se Presiden Iku?
Berikut perntanyaan Menteri Susi:
"Dear Mr. Rajat Sethi and Mr. Jim Polard, would it be possible for me to get more info where or which are exactly this? We helped the benjina one. Thank you," kata Menteri Susi.
(Dear Mr. Rajat Sethi dan Mr. Jim Polard, apakah mungkin bagi saya untuk mendapatkan informasi lebih lanjut di mana tepatnya ini? Kami membantu Benjina. Terima kasih-red).

Diberitakan oleh mereka, sudah tiga tahun sejak ratusan "budak" nelayan dari kapal yang terdampar ditemukan di sebuah pulau terpencil di Indonesia Bagian Timur, yakni di Kepulauan Aru, Maluku.
Mereka dibuang oleh pemilik kapal yang tidak bermoral, penderitaan mereka adalah kisah horor yang menjadi berita utama di seluruh dunia.
Namun masalah yang menganggu industri perikanan terkenal di Asia Tenggara tetap berantakan dan tidak terselesaikan.
Hampir 3.000 nelayan telah diselamatkan dari Pulau Benjina.
• Tanggapi Omongan LBH Jakarta, Raja Juli Antoni: Mas Anies-Sandi Pasti Ngaku Tidak Tahu Apa-apa
Mereka diduga menjadi korban perbudakan oleh sebuah perusahaan perikanan milik Thailand.
Setelah tiga tahun berlalu, pada sebuah seminar di Bangkok pekan lalu, dikatakan jika masih banyak orang-orang yang terdampar di sana, seperti nelayan asing dari Thailand, Myanmar, Kamboja, dan Laos.
Mereka yang kembali mengatakan jika mereka hanya menerima sedikit upah atau bahkan sama sekali tidak dibayar ketika bekerja di Benjina.
Perwakilan dari International Labour Organization (ILO) mengatakan jika kerja paksa, perdagangan manusia, dan pekerja yang tidak dibayar terus menjadi perhatian.
Chairat Ratchapaksi, seorang pria asal Thailand mengatakan jika pada tahun 2013 ia berangkat ke Indonesia.
"Pada tahun 2013, salah satu rekan saya dari desa yang sama mengajak saya untuk pergi ke Indonesia.
Ketika tiba di Indonesia, saya menemukan banyak masalah.
Seperti eksploitasi, bekerja berjam-jam di siang hari dengan banyak kesulitan.
Saya tidak pernah berpikir bahwa kami akan kembali ke Thailand," katanya.
• Andi Arief: Arus Mudik ke Jawa Turun, Semakin Membenarkan Orasi Anak Ingusan AHY
Setelah diselamatkan, ia merasa harus memperingatkan rekan-rekannya akan bahaya tertangkap di industri perikanan.
Ia mengaku jika dokumen perjalanan sering dipalsukan, bakan paspor kerap disita setelah kapal pergi ke laut.
Dia pun percaya apabila masalah perdagangan manusia masih merupakan masalah yang besar.
Manager Labour Rights Promotion Network (LPN) mengatakan jika pihaknya telah 12 kali datang ke Indonesia untuk menyelamatkan para nelayan bersama TMFG.
Dalam acara tersebut, perwakilan ILO mencatat jika pemerintah Thailand baru-baru ini meratifikasi protokol ILO terhadap kerja paksa dan sekarang sedang menyusun undang-undang untuk menentangnya.
Pemerintah yang dipimpin oleh Prayut Chan-ocha juga berkomitmen untuk meratifikasi Konvensi No 188 tentang pekerjaan di industri perikanan.
Sementara itu, dibertakan BBC pada Maret 2016, persidangan terhadap para terdakwa kasus ini telah digelar sejak November 2015 silam.
Menteri Susi pun menyatakan jika pihaknya terus mendorong pihak berwajib untuk menuntaskan kasus tersebut. (TribunWow.com/Lailatun Niqmah)
• Mundur dari Partai, Mohammad Nuruzzaman: Saya Siap Bertarung Gembosi Gerindra karena Kelakuan Fadli