Pilpres 2019
Marak Fitnah Jelang Pilpres, Nadirsyah Hosen: Menang Secara Beradab, Kalahpun dengan Terhormat
Tokoh NU Nadirsyah Hosen angkat bicara mengenai fitnah yang kerap dilontarkan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Penulis: Rekarinta Vintoko
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Tokoh NU sekaligus dosen di Monash Law School Australia Nadirsyah Hosen angkat bicara mengenai fitnah yang kerap dilontarkan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Dilansir TribunWow.com, hal tersebut disampaikan Hadirsyah Hosen dalam akun Twitter @na_dirs yang diunggah pada Senin (4/6/2018).
Awalnya akun @andriyhans1 membalas cuitan Hadirsyah Hosen mengenai Pilpres 2019.
Dirinya menanyakan cara yang bisa digunakan untuk menghadapi fitnah yang kerap menyerang Presiden Jokowi.
"Kalo begitu kasih pencerahannya prof. Gimana cara menghadapi fitnah yg selalu menyebut pak @jokowi Anti Islam," tulis akun @andriyhans1.
• Disebut Buzzer Jokowi Oleh Dipo Alam, Rustam Ibrahim Mengaku Kaget
• Pengadaan Tong Sampah Buatan Jerman, Guntur Romli: Gak Bisa Move On ya?
Atas pertanyaan tersebut, pria yang kerap disapa Gus Nadir ini menjawab dengan bijak.
Dikatakannya, jawaban program kerja yang berpihak pada pemberdayaan rakyat dan menunaikan janji kampanye dirasa sudah mencukupi.
Dirinya juga mengimbau agar masyarakat tidak mudah terpancing.
"Jawab saja dg program kerja yg berpihak pada pemberdayaan rakyat, tegakkan hukum seadil-adilnya, tunaikan janji2 kampanye sesuai prinsip maqashid as-syari’ah.
Jangan terpancing ikut2an main ayat dan pencitraan ibadah ritual.
Menang secara beradab, kalahpun dg terhormat," tulis Hadirsyah Hosen.
• Tanggapi Pemberitaan Media India soal Punya Akses, Yusril Ihza Minta Pemerintah Berikan Penjelasan
Sebelumnya diberitakan, Hadirsyah Hosen mengatakan jika dirinya tak setuju apabila Jokowi menjadi imam salat dan kemudian dilecehkan.
Sama halnya dengan Prabowo yang menjadi makmum salat juga dinyinyiri.
Ia juga tidak menyetujui apabila urusan Pilpres ditentukan lewat adu mengaji antara Presiden Jokowi dan Prabowo Subianto.
Menurutnya, pemilihan presiden bukanlah sama dengan memilih ustaz atau imam salat.