Kasus Terorisme
Kisah Satpam Muslim yang Menjadi Korban Bom Gereja Surabaya, Berharap Segera Pulih & Kembali Bekerja
“Karena saya juga orang muslim. Maksud mereka itu apa. Yang dia perangi itu juga bangsa sendiri. Toh, semua agama sama saling mencintai & menyayangi."
Editor: Fachri Sakti Nugroho
Namun, saat dikorek, ada lempengan kecil tembaga yang tersisa.
Ia menduga, itu merupakan bagian dari material bom yang menempel di tubuhnya.
Material itu kemudian ia simpan dalam sebuah plastik kecil.
“Buat kenang-kenangan,” selorohnya.
• Andi Arief: BPIP Sudah Cacat karena Kasus Gaji Nyelonong
Saat SURYA.co.id menanyainya makna toleransi setelah kejadian itu, Ari kesulitan untuk menerjemahkannya. Tapi, bagi dia, setiap manusia sama.
“Tidak ada batas-batas (perbedaan) antarumat beragama. Kalau saya sendiri, menilai semua sama. Cuma ada orang-orang tertentu yang memilih jalan berbeda,” tuturnya.
Kini, Ari hanya ingin lekas pulih.
Ia berharap bisa segera kembali mengenakan seragam satpam yang sebelumnya rutin ia pakai bersama rekan-rekannya. Ari ingin segera bertugas.
“Saya berterima kasih sudah dirawat dengan cepat sehingga bisa cepat pulih. Sekarang ingin segera bertugas lagi,” pungkas Ari.
Trauma atas teror itu bukan hanya dialami korban.
Keluarga korban yang tak berada di lokasi pun turut merasakan trauma.
Anak Ari yang usianya masih 6 tahun pun merasakannya.
Ketika kejadian, sang anak sedang berada di rumah.
Istri Ari, Sri Wahyuni, dengan hati berkecamuk, bergegas berangkat mencari suaminya.
“Mama cari papa sampai ketemu. Saya di rumah saja. Soalnya, mama kalau bawa saya, pasti repot,” kata sang anak ketika itu, ditirukan Sri.
• Jangan Khawatir Telat, Pemerintah sudah Tetapkan Batas Terakhir Pemberian THR