Dollar Capai Rp 14 Ribu, Fadli Zon: Meski Pemerintah Menyangkal, Sebenarnya Sudah di Awal Kritis
Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon mengkritisi situasi rupiah ynag kini sudah capai 14 ribu per dolar.
Penulis: Woro Seto
Editor: Woro Seto
TRIBUNWOW.COM - Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon mengkritisi situasi rupiah ynag kini sudah capai 14 ribu per dolar.
Dilansir TribunWow.com, melalui akun Twitter @fadlizon yang ia tuliskan pada Rabu (9/5/2018).
Diketahui, kurs dolar kini mencapai 14 ribu rupiah.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakana, kejadian itu akibatt situasi pasar yang sedang melakukan penyesuaian terhadap perubahan kebijakan oleh Pemerintah Amerika Serikat.
Hal yang akan dilakukan pemerintah untuk menyikapinya adalah dengan terus berkoordinasi menjaga kinerja perekonomian Indonesia tetap baik sambil sama-sama melalui masa penyesuaian ini.
"Kami akan terus menjaga perekonomian Indonesia, fondasi kami perkuat, kinerja kami perbaiki, hingga apa yang disebut sentimen market itu relatif bisa netral terhadap Indonesia," kata Sri Mulyani di gedung Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, yang dilansir dari Tribunnews.com.
• Hasil Survei Tempatkan PPP tak Lolos Senayan, Demokrat: Romahurmuziy Urus Partainya Jangan Nyinyir
Menurut Sri Mulyani, pengelolaan dari sisi fiskal tetap terjaga, dengan defisit transaksi berjalan di bawah batas aman 3 persen terhadap produk domestik bruto (PDB), inflasi di kisaran 3,5 persen, serta tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,06 persen untuk kuartal I 2018 yang dinilai masih baik.
Kondisi tersebut membuat Fadli Zon ikut angkat bicara:
1) Melemahnya nilai tukar rupiah hingga menembus angka Rp. 14.000 per dollar Amerika Serikat pd awal pekan ini hrs mndpt perhatian yg serius.
2) Meskipun selalu disangkal oleh pemerintah, sy menilai Indonesia saat ini sebenarnya sudah berada di tahap awal krisis, dan pemerintah telah gagal dalam menjaga stabilitas rupiah.
3) Nilai tukar memiliki efek domino yg sgt besar dlm struktur perekonomian kita. Dlm periode Februari hingga Maret 2018 sj, misalnya, kita sdg menghabiskan sekitar US$2 miliar devisa untuk menyelamatkan rupiah.
4) Itupun ternyata tak sanggup mencegah rupiah jatuh ke angka Rp.14.000 per dollar.
5) Dalam catatan sy, selama periode pemerintahan Presiden @jokowi mulai dari kuartal empat 2014 hingga kini, rupiah sdg terdepresiasi sebesar 13 persen. Kemungkinan kita akan terus mengalami tren penurunan.
6) Kondisi ini jauh sekali dr apa yg dulu pernah dijanjikan pd 2014. Sbg catatan, nilai tukar rupiah saat ini 38 persen lebih rendah dari janji kampanye dulu. Ini menunjukkan perhitungan pemerintahan skg jauh dari realistis. Dan pemerintah gagal menjaga rupiah kita.
7) Itu sebabnya pemerintah harus bersikap transparan mengenai risiko yang tengah kita hadapi. Sikap itu diperlukan agar kita bisa mengambil langkah tepat mengantisipasi terjadinya krisis ekonomi yg lebih dalam.
• Dollar Capai Rp 14 Ribu, Rocky Gerung: Ini Kriminaslisasi Rupiah
8) Jangan berdalih indikator makroekonomi kita cukup baik dgn modal argumen bahwa indikator perekonomian negara-negara lain saat ini jauh lebih buruk dari kita.
9) Ini bukan soal apakah kondisi kita lebih baik atau lebih buruk dibanding negara lain, tapi soal apakah pemerintah telah mengantisipasi terjadinya krisis atau tidak? Jika kondisi negara lain lebih buruk, bukan berarti kita baik-baik saja.
10) Risiko di depan mata yg kita hadapi, misalnya, terkait dengan utang, krn sekitar 41 persen utang kita ada dlm denominasi mata uang asing. Artinya, perubahan kurs rupiah atas mata uang bersangkutan akan mempengaruhi posisi utang kita secara keseluruhan.
11) Menurut data Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan per 31 Desember 2017 lalu, dari total utang sebesar Rp3.938,45 triliun
12) utang dlm denominasi rupiah adlh sebesar 59%, dollar Amerika 29%, Yen Jepang 6%, Euro 4%, SDR IMF 1%, dan lainnya sebesar 1%. Jadi, utang kita yang berdenominasi valuta asing sebear 41%, baik dlm bentuk pinjaman, SBN (Surat Berharga Negara), maupun SBN Syariah.
• Andi Arief: Prabowo, Gatot Nurmantyo, Anies Baswedan Jika Dipasangkan dengan AHY Cukup Menjanjikan
13) Turunnya nilai tukar rupiah jelas akan berpengaruh terhadap beban pembayaran utang, baik bunga utang maupun cicilan jatuh tempo. Ujungnya, APBN kita akan semakin terbebani pembayaran utang.
14) Saya kira, turunnya nilai tukar rupiah jg telah berimbas pada turunnya tingkat kepercayaan terhadap pemerintah. Terbukti, sudah tiga kali berturut-turut lelang SUN (Surat Utang Negara) tak pernah mencapai target.
15) Pada 24 April, misalnya, SUN hanya terjual Rp6.150 miliar, padahal target indikatifnya Rp17.000 miliar. Berikutnya, pd 2 Mei 2018, SBSN (Syariah) hanya terjual Rp 5.530 miliar dari target indikatif Rp 8.000 miliar.
16) Terakhir adalah kemarin, tanggal 8 Mei, pemerintah bhkn gagal menjual SUN sama sekali dari Rp17.000 miliar yang ditargetkan. Ini sebenarnya lampu merah untuk pemerintah. Kredibilitas mereka kini semakin diragukan investor.
• Unggah Foto Istana Bogor Terdapat Bendera Negara China, Gibran: Ada yang Pengen Tragedi 98 Jilid 2
17) Selain itu, melemahnya rupiah jg ternyata tak punya dampak positif terhadap nilai ekspor kita. Apa yg mau diekspor? Eksportir justru lebih menginginkan nilai tukar rupiah yg stabil, krn bgmnpun komponen bahan baku atau komponen produksi komoditas kita masih bnyk yg diimpor.
18) Lagi pula, nilai ekspor kita jg cukup kecil jika dibandingkan dgn negara-negara tetangga. Pada 2017, nilai ekspor kita hanya 145 miliar dollar, kalah jauh oleh Thailand yg nilainya mencapai 231 miliar dollar, atau bahkan Vietnam yg nilai ekspornya 160 miliar dollar.
19) Sekali lagi, sy meminta agar pemerintah bersikap transparan mengenai risiko ekonomi yang sedang kita hadapi. Jangan kecilkan arti depresiasi rupiah.
20) Sebab, nilai tukar mata uang pada dasarnya mewakili martabat sebuah bangsa. Dan sejauh ini pemerintahan Presiden @jokowi terbukti gagal menjaga martabat mata uang kita," tulis Fadli Zon. (TribunWow.com/Woro Seto)
• Pimpinan Obor Rakyat Ditangkap, Andi Arief Beberkan Watak Aslinya Saya Kenal Mereka 30 Tahun