Ternyata Nenek Moyang Kita Telah Wariskan Teknologi Rumah Anti Gempa
Pakar Geologi Unsoed Purwokerto, Fadlin mengatakan, masyarakat yang tinggal di wilayah rawan gempa sebaiknya kembali kepada kearifan lokal.
Editor: Fachri Sakti Nugroho
TRIBUNWOW.COM - Gempa berskala 4,4 SR dengan kedalaman 4 kilometer yang mengguncang wilayah Kecamatan Kalibening 18 April 2018 lalu menimbulkan kerugian besar bagi warga.
Ratusan rumah hancur akibat bencana itu, hingga menimbulkan dua korban jiwa dan puluhan warga luka.
Sebanyak 2.125 warga desa terdampak hingga sekarang masih bertahan di pengungsian.
Bencana itu juga meyisakan trauma mendalam bagi warga hingga mereka enggan kembali ke rumah dalam wakru dekat.
• Kemenaker Sebut Jokowi Tuntaskan Janji 10 Juta Lapangan Kerja, Budiman Sudjatmiko: Masih Mau Ribut?
Sementara itu, pemerintah telah menyiapkan bantuan renovasi rumah untuk para korban agar mereka bisa kembali menempati rumahnya kembali.
Paska kejadian ini, warga Kalibening perlu meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi bencana serupa di kemudian hari.
Satu di antara upaya untuk mengurangi risiko bencana itu adalah, dengan memikirkan desain rumah yang tahan gempa.
Tidak butuh biaya super mahal untuk membangun rumah tahan gempa yang sulit dijangkau masyarakat pedesaan.
Pakar Geologi Unsoed Purwokerto, Fadlin mengatakan, masyarakat yang tinggal di wilayah rawan gempa sebaiknya kembali kepada kearifan lokal tentang konstruksi bangunan adat.
Sadar atau tidak, nenek moyang telah mewariskan teknologi bangunan yang sangat berharga bagi kelangsungan hidup manusia seterusnya.
Manusia zaman dahulu cenderung hidup menyatu dengan alam sehingga perilaku alam jadi perhatian betul bagi mereka.
Pengenalan terhadap perilaku alam, semisal banjir, longsor, hingga gempa membuat mereka membangun rumah yang mampu bertahan dari ancaman bencana itu, berbekal pengetahuan secara turun temurun.
Karena itu setiap daerah punya ciri khas rumah masing-masing menyesuaikan kondisi alam yang berbeda.
• Soal Tenaga Kerja Asing (TKA), Muhammad Said Didu: Mereka Butuh TKI vs Kita Banyak Pengangguran