Korupsi EKTP
Setya Novanto Baca Puisi 'di Kolong Meja' saat Persidangan, Hakim Tertegun dan Mengerutkan Dahi
Pada sidang pembacaan pembelaan, Setya Novanto mengaku dirinya dijebak karena Yohanes Marliem diam-diam merekam pembicaraan mereka.
Penulis: Lailatun Niqmah
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Mantan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Setya Novanto, terdakwa kasus korupsi e-KTP menjalani sidang pledoi atau pembelaan pada Jumat (13/4/2018).
Pantauan TribunWow.com dari KompasTV, Setya Novanto mengawali sidang dengan meminta maaf kepada semua pihak.
Khususnya meminta maaf kepada Jaksa Penuntut Umum (JPU) jika selama persidangan dianggap tak kooperatif atau ada kata yang tidak berkenan.
Pada sidang pledoi di Pengadilan Tipikor, Jakarta ini Setya Novanto juga sempat menceritakan masa-masa susah dalam hidupnya.
• Sempat Berselisih soal SBY, Mahfud MD Ungkap Hubungan Sesungguhnya dengan Yusril Ihza Mahendra
Saat membacakan nota pembelaan, tangan Setya Novanto bergertar, bahkan ia sempat terisak.
Setya Novanto bercerita awal hidup susahnya saat menumpang tempat tinggal di kediaman Hayono Isman.
Setnov juga mengaku menjadi pembantu dengan tugas mencuci, mengepel, dan mengantar anak - anak Hayono bersekolah.
Pengorbanan tersebut, menurut Setnov, rela dilakukannya agar punya uang untuk membayar uang kuliah.
Berkat kerja kerasnya itulah, cita-citanya untuk mengabdi pada negara tercapai.
Terkait kasus ini, Setya Novanto merasa dirinya dijebak.
"Saya tidak pernah menjadi inisiator," kata Setnov.
• Ferdinand Hutahaean: Andai Prabowo Ikhlas Ingin Bangsa Maju, Kami Harap Beliau Urungkan Niat Nyapres
Setya Novanto mengaku jika dirinya merasa menyesal karena menuruti permintaan untuk melakukan pertemuan di sebuah hotel di kawasan Kuningan, Jakarta.
"Apalagi dengan melihat fakta persidangan, bahwa sejak awal saudara Yohanes Marliem dengan maksud tertentu telah dengan sengaja menjebak saya dengan merekam semua pembicaraan setiap bertemu saya," ungkapnya.
Pada persidangan tersebut, Setya Novanto bahkan membacakan sebuah puisi.
Puisi tersebut menceritakan 'di kolong meja'.
Saat membacakan puisi tersebut, Hakim Ketua Yanto terlihat sempat mengerutkan dahi dan tertegun.
Meski demikian, ia membiarkan Setya Novanto membacakan puisinya hingga akhir.
• Soal Century, Fahri Hamzah: Saya Tahu Apa yang Terjadi, Skandal Setelah Skandal
Berikut isinya.
"Di kolong meja, ada debu yang belum tersapu,
ada pembantu sering pura pura tak tahu.
Di kolong meja, ada biangnya debu
yang memang sengaja tak disapu,
bersembunyi berlama - lama
pada takut dakwaan melintas membebani bahu.
Di kolong meja tersimpan cerita seorang anak manusia ...
Dari hari ke hari meraih ilmu dalam keterbatasan,
untuk cita - cita kelak yang bukan semu.
Tanpa lelah dan malu bersama debu menghirup udara kelabu.
• Rocky Gerung: Tanpa Ijazah Gue Pernah Ngajar S1 sampai S3, Ajaib, Tanya UI
Di kolong meja, mendadak muncul cerita sukses anak manusia,
yang semula bersahaya akhirnya bisa diikuti siapa saja,
karena cerdas caranya bekerja.
Di kolong meja, ada lantai yang mulus tanpa cela,
ada pula yang terjejak.
Bergelombang siap menganga, menghadang segala cita - cita.
• Kadiv Advokasi Demokrat: Sejumlah Nama yang Layak Kalahkan Jokowi 2019, Chairul Tanjung hingga Anies
Apabila ada kesalahan membahana, kolong meja siap membelah, menerkam tanpa bertanya, bahwa sesungguhnya, ada beberapa sosok yang sepatutnya jadi sasaran.
Di kolong meja, ada pecundang yang bersembunyi sembari cuci tangan, cuci kaki, cuci muka, cuci warisan kesalahan.
Apakah mereka akan senantiasa di sana, dengan mental banci?
Berlumur keringat ketakutan dan sesekali terbahak, melihat teman jadi korban tontonan...
Jakarta 5 April 2018." (TribunWow.com/Lailatun Niqmah)
• Kunjungan ke Asmat, Presiden Joko Widodo Gendong Jokowi hingga Naik Motor di Tengah Hujan