Begini Tulisan Siswi MTs Zikir Pikir Bengkulu yang Jadi Viral di Media Sosial karena Menyentuh Hati
Menurut Sukamdani, sebenarnya semua murid menulis, namun tulisan Ropiah mewakili seluruh rekannya yang mayoritas siswa kurang mampu.
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
Selama aku tinggal di panti, aku harus menjadi anak yang mandiri. Di panti aku harus melakukan kegiatan seperti menyapu, mengepel dan lain-lain.
Beberapa hari aku tinggal di panti, aku menangis karena rindu dengan keluarga. Aku tinggal di panti tidak lama +- 1 tahun.
Karena selain sebab yang lain, aku juga selalu mengingat keluargaku di sana. Aku pun pindah sekolah kelas 2 SMP.
Di antara banyak sekolah di sini, aku memilih sekolah di MTs ZIKIR FIKIR karena lumayan dekat jaraknya dari rumah.
Dan (ketika) adikku tamat SD, ia juga melanjutkan di MTs ZIKIR FIKIR.
Orangtuaku selain tidak bisa membiayai aku sekolah, kami juga terkadang kekurangan bahan pangan. Kadang makan aja (lauknya) sama ikan asin.
Tapi aku bersyukur karena aku masih bisa makan bareng bersama keluargaku. Aku bangga seperti ini. Kujalani semua ini dengan tabah karena di luar sana masih banyak orang yang lebih susah dari aku.
Dan aku juga bersyukur masih diberikan kesehatan dan bisa merasakan pendidikan. Dan di sana juga banyak orang yang tidak merasakan pendidikan.
Kegiatan sehari-hariku sebelum berangkat sekolah setiap pagi aku membersihkan rumah, memberi pakan ternak kucing dan ayam.
Setelah itu bergegas menyiapkan perlengkapan lalu berangkat sekolah dengan adikku berjalan kaki. Pagi yang cerah, matahari memancarkan sinar membuat aku bersemangat untuk pergi sekolah.
Perjalanan dari rumah ke sekolah sekitar 1 jam 15 menit atau berjarak sekitar 3,5 kilometer.
Setiap hari kami harus menempuh perjalanan yang sungguh sangat melelahkan. Namun kami tidak pernah mengeluh. Kujalani semua ini dengan senang hati.
Halangan dan rintangan kulalui. Kadang berangkat sekolah kehujanan dan pulang sekolah kepanasan. Itu semua kulakukan demi cita-cita dan membanggakan orangtua.
Sesampainya di sekolah tidak lama kemudian masuk kelas dan belajar seperti biasanya. Walaupun kondisi sekolah kami (masih memprihatinkan) seperti ini, namun tidak membuat kami patah semangat, karena keberhasilan itu milik orang yang tekun.
Kami pulang pukul 13.00 WIB. Sebelum memulai perjalanan pulang, kami berhenti sejenak di warung untuk membeli es sebagai penahan haus selama di perjalanan.