Pilpres 2019
"Kalau Jokowi Berpasangan dengan Gatot Semua Akan Kena Stroke Politik"
"Kalau Gatot bermimpi menjadi capres berbahaya. Itu pintu masuk ditunggangi kelompok radikal. Memanfaatkan arena Pilpres," tutur Faisal.
Editor: Fachri Sakti Nugroho
TRIBUNWOW.COM - Mantan Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo berpeluang maju di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Kedekatannya dengan tokoh-tokoh agama Islam dan ormas Islam dapat menjadi keuntungan.
Namun untuk Pilpres 2019, Aktivis Progress 98, Faizal Assegaf, menyarankan agar Gatot memilih maju sebagai calon wakil presiden.
Sebab, apabila maju sebagai capres, maka akan rentan dimanfaatkan.
"Kalau Gatot bermimpi menjadi capres berbahaya. Itu pintu masuk ditunggangi kelompok radikal. Memanfaatkan arena Pilpres," tutur Faisal, dalam diskusi bertema 2019, Jokowi Dengan Siapa Di Mata Aktivis?, Sabtu (3/3/2018).
Populer: Tersebar Foto Masa Muda Gatot Nurmantyo, Om Gatot dulu Anak Metal Juga to . . .
Untuk cawapres, kata dia, Gatot berpeluang mendampingi Joko Widodo yang akan maju di Pilpres 2019.
Gatot dinilai mempunyai sejumlah syarat melengkapi Jokowi.
Pendiri Presidium Alumni 212 itu melihat, Gatot berpotensi menjadi cawapres karena yang bersangkutan dikenal sebagai representasi dari TNI yang dianggap memiliki jiwa nasionalisme.
"Kalau dicari pendamping Jokowi representasi islam-TNI, Gatot (Nurmantyo,-red). Mudah-mudahan kalau Jokowi berpasangan dengan Gatot semua akan kena stroke politik," kata dia.
Menurut dia, Jokowi perlu didampingi cawapres yang berkomitmen dan loyal.
Dia melihat Gatot sudah menunjukan hal itu saat memimpin prajurit TNI membantu Polri mengamankan aksi massa pada 4 November dan 2 Desember 2016.
Populer: Enggan Berspekulasi dalam Politik, Gatot Nurmantyo Tekuni Bisnis Ini, Pasarnya Tak Habis-habis
Dia menjelaskan, aksi unjuk rasa 212 mengusung gerakan super damai.
Sekitar 7 juta orang memadati lapangan Monas di Jakarta Pusat.