Ternyata Kopi Mampu Mengikat Hubungan Indonesia-Australia dalam Budaya, Seni dan kehidupan Sosial
Kopi ternyata mampu mengikat budaya Australia dan Indonesia, simak hasil penelitiannya!
Penulis: Fachri Sakti Nugroho
Editor: Fachri Sakti Nugroho
TRIBUNWOW.COM - Sekelompok peneliti asal Monash University, Queensland University di Australia serta Universitas Indonesia dan Universitas Gadjah Mada di Indonesia menyatakan bahwa Indonesia dan Australia terlibat dalam budaya kopi.
Hasil penelitian tersebut dipaparkan di hadapan sejumlah kalangan hari Selasa (20/2/2018) di kampus Monash University di Melbourne.
Ide penelitian ini datang dari Prof Ariel Heryanto yang sekarang menjadi guru besar di Monash University.
Penelitian bermaksud mengetahui bentuk hubungan apa yang ada di kalangan kelas menengah kedua negara, namun bukan di bidang yang sudah diketahui selama ini, seperti politik atau ekonomi.
Populer: Ternyata Kopi Favoritmu Cerminkan Kepribadian yang Sesungguhnya!
Untuk itu, para peneliti mengadakan pengumpulan data melalui warga RI yang dulunya pernah tinggal di Australia namun sekarang sudah kembali ke Indonesia, dan warga Australia yang berada di Indonesia sekarang.
Penelitian dipusatkan di tiga kota yaitu Jakarta, Yogyakarta dan Bali.
Menurut Prof Ariel, penelitian ini ingin mengetahi adanya hubungan antarwarga kedua negara yang selama ini belum banyak diketahui dan perlu mendapatkan pengakuan dan apresiasi lebih tinggi.
"Kita memang ingin mengetahui interaksi sosial apa yang terjadi antara warga kedua negara dalam kehidupan sehari-hari," kata Ariel Heryanto sebagaimana dikutip dari Australiaplus.
Dalam paparannya, salah seorang peneliti Dr Inayah Rakhmani dari UI mengatakan penemuan mereka adalah bahwa 'budaya kopi' merupakan salah satu bidang dimana warga kedua negara terlibat dalam hubungan yang tak banyak diketahui publik.
Inayah mencontohkan cerita Siti Maryam Rodja dari LSM bernama Baraka Nusantara yang membangun Sekolah Sangkabira di Sembalun di Lombok, Nusa Tenggara Barat.
"Ide mendirikan Baraka Nusantara muncul di Brisbane, dengan pemikiran bagaimana membuat kopi asal Indonesia bisa lebih banyak tersedia di Australia, dan bagaimana bisnis itu bisa membantu warga di Sembalun," kata Inayah.
Sementara dari Australia sendiri ada cerita mengenai Jeffrey Neilson yang berasal dari University of Sydney.
Dia sudah melakukan penelitian mengenai kopi di Indonesia selama 20 tahun terakhir.
"Jeffrey sudah banyak melakukan perjalanan di Indonesia, dan melihat bagaimana selama 10 tahun terakhir berkembangnya proyek-proyek kecil untuk memasok kopi asal Indonesia ke Australia, juga usaha memotong jalur distribusi sehingga kopi dari petani bisa langsung sampai ke pemilik cafe," tambah Inayah.