Dinas Sosial Susah Hentikan Pengemis di Bali karena Pendapatan Bisa Setara Gaji Asisten Manajer
Mengemis ternyata menjadi pekerjaan rutin yang dinikmati bagi sejumlah orang, bukan lagi keterpaksaan akibat tekanan ekonomi yang berat.
Editor: Claudia Noventa
"Hampir semua penghuninya warga Karangasem. Ada yang pedagang buah, ada yang pedagang di Kuta," ucap si tuan rumah.
Sewa satu kamar kos sederhana itu sebesar Rp 350 ribu per bulan.
Di Ubud, menurut seorang tenaga sekuriti di salah-satu restoran sebelah Puri Ubud, para pengemis yang berkeliaran di sana sepertinya tak pernah jera meski bolak-balik diciduk petugas Satpol PP.
"Saat ini mereka pilih tempat di ujung jalan yang ramai. Sebab, kalau di kawasan padat wisatawan, mereka pasti sudah digerebek. Di sini memang harus tegas terhadap pengemis. Kalau gak begitu, mereka bisa menjadi-jadi," kata petugas sekuriti yang mengaku kenal baik dengan anggota Satpol PP Gianyar itu.
Baca: Kemenangan Atletico Madrid Memakan Korban, Gigi Diego Godin sampai Terbang Kena Sikut Kiper Valencia
Banyak Tempat Lain
Setelah digerebek dan dipulangkan ke daerah asalnya, biasanya para pengemis itu akan datang kembali dengan menyewa mobil angkot dari Karangasem ke Ubud.
Nyoman Sari, seorang perempuan pengemis di Ubud, mengaku bersama rekan-rekannya pulang ke kampung halaman di Munti Gunung dengan menumpang transportasi umum jurusan Ubud-Pasar Gianyar.
Dari Pasar Gianyar, mereka melanjutkan naik angkutan umum yang lain menuju ke Karangasem.
"Saya numpang bemo. Bayar bemo bisa habis Rp 50 ribu," katanya.
"Mereka biasanya sewa mobil, yang berisi rombongan sesama pengemis. Saya curiga, kayaknya mereka bawa ponsel untuk komunikasi satu sama lain saat beroperasi," kata petugas sekuriti itu. (*)
Berita ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Mengintip Kehidupan Pengemis di Bali: Hasilkan Rp 9 Juta Per Bulan, Setara Gaji Asisten Manajer