Situs di Gunungkidul ini Berpotensi Membuka Puzzle 'Blank Periode' yang Belum Terpecahkan
Thomas Sutikna PhD, arkeolog Wollongong University dan tim Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, yakin akan menemukan jejak awal manusia di Gua Braholo
Editor: Fachri Sakti Nugroho
Hasil penelitian tim Truman Simanjuntak di Gua Braholo ini ditemukan kerangka manusia modern (homo sapiens) berusia sekitar 8.000 dan 10.000 tahun. Dari rasnya, bercirikan Australomelanesid.
Temuan lain pada penelitian terdaulu menggambarkan betapa Gua Braholo telah menjadi hunian berkelompok-kelompok manusia prasejarah, selama belasan ribu hingga puluhan ribu tahun, secara bergantian.
Ketua Tim Penelitian Gua Braholo, Drs Jatmiko MHum dari Puslit Arkenas juga meyakinkan, Gua Braholo memiliki kontribusi sangat penting dalam sejarah hunian panjang di kawasan Gunung Sewu.
"Pertanyaan yang belum terjawab tuntas, bagaimana karakteristik situs hunian ini, yang berkelanjutan dari fase awal hingga akhir?" kata arkeolog senior yang akrab disapa Pak Ako ini.
Selain Thomas Sutikna, Jatmiko, turut bergabung dalam penelitian ini E Wahyu Saptomo, juga dari Puslit Arkenas. Tiga orang ini bukan tokoh-tokoh sembarangan di jagat arkeologi nasional maupun internasional.
Trio inilah yang bersama Prof Michael John "Mike" Morwood (New England University), beberapa tahun lalu mengejutkan dunia dengan temuan manusia hobit dari Flores.
Homo Floresiensis yang berukuran mini diyakini spesies baru Homo Erectus yang terisolasi di Pulau Flores.
Temuan itu membuat trio arkeolog Indonesia ini oleh Thomson Reuters dinobatkan sebagai ilmuwan paling berpengaruh pada 2014.
Temuannya mengguncang dan berdampak pada sejarah manusia purba yang dikenal selama ini.
Kembali menurut Thomas Sutikna, informasi tentang sejarah dan migrasi homo sapiens di Indonesia sangat minim. Temuan-temuannya pun juga amat sangat terbatas, terutama yang periode awal dan tengah.
"Satu-satunya yang kita ketahui dengan usia yang cukup tua adalah temuan di Wajak (Tulungagung), yang dikenal dengan manusia Wajak atau Homo Wajakensis. Namun temuan ini minim data pendukung karena tidak diketahui konteks temuannya," jelas Thomas.
"Pertanggalan relatifnya diperkirakan 40.000 tahun. Tapi sangat minim data pendukung, selain karena saat ditemukan teknologi dan ilmu pengetahuan terbatas, fosil itu tidak lagi insitu (berada di lokasi asli)," lanjutnya.
Setelah temuan manusia Wajak yang diperkirakan hidup pada periode 40.000 hingga 25.000 tahun, belum ada lagi temuan lain di Indonesia.
Di Gua Niah, Serawak, Malaysia, ditemukan jejak homo sapiens usia 42.000 hingga 39.000 tahun.
Misteri Tak Terungkap! Peneliti Kebingungan Saat Temukan Dua Fosil Manusia yang Terlihat Berpelukan