Breaking News:

PM Israel Ungkap Tidak Hanya Amerika, Pihaknya Juga Lobi Sejumlah Negara Lain Untuk Lakukan Hal Sama

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu apresiasi tindakan Presiden Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Editor: Dian Naren

TRIBUNWOW.COM - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu apresiasi tindakan Presiden Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Menurut Netanyahu, keputusan tersebut dianggap termasuk suatu momen yang monumental di sejarah Israel, dikutip dari Tribunnews (9/12/2017).

Momen besar dalam sejarah Zionisme antara lain; Deklarasi Balfour, Pendirian Negara Israel, Pembebasan Yerusalem, dan pengakuan Trump diatas, dikutip dari Tribunnews Sabtu (9/12/2017).

"Saya bilang pada Trump: 'Presiden Trump sahabatku, Anda akan mencetak sejarah.' Benar saja, kemarin ia melakukannya," katanya.

Menurut Netanyahu, pernyataan Trump itu disambut baik oleh rakyat Israel.

"Ini adalah momen pemersatu yang patut dirayakan oleh segala lapisan masyarakat Israel. Kami akan membuat Yerusalem sebagai pusat kegembiraan kami," kata Netanyahu lagi.

  BACA  Buntut Pernyataan Trump, Wakilnya Ditolak Masuk Wilayah Palestina Saat Ingin Temui Presiden Abbas

Tak hanya sampai disitu, Netanyahu juga mengaku dirinya telah menghubungi sejumlah negara lain untuk melakukan hal yang sama dengan Amerika.

Ia meyakini akan ada lebih banyak negara yang mengakui kedaulatan Israel dengan menyatakan Yerusalem sebagai ibu kota negaranya dan memindahkan kantor kedutaannya ke Yerusalem.

"Kami sudah menghubungi perwakilan negara-negara lain untuk memberikan pernyataan yang sama," tutur Netanyahu, tanpa menyebut negara mana saja yang dihubunginya.

Sedangkan menurut anggota Komisi I DPR Charles Honoris menyesalkan pengakuan tersebut.

Menurutnya, Amerika Serikat sudah kehilangan kredibilitas sebagai 'honest broker' antara Israel dan Palestina.

"Donald Trump sudah merusak seluruh upaya negosiasi perdamaian yang dikerjakan oleh presiden-presiden AS sebelumnya melalui pertemuan-pertemuan trilateral seperti Camp David. Kini AS sudah tidak bisa lagi mengklaim dirinya sebagai juru damai yang imparsial," kata Charles.

Menurutnya, saat ini AS sudah tidak bisa lagi diharapkan untuk menjadi mediator imparsial.

"Maka harapan berikutnya hanya tersisa melalui forum PBB," kata Charles.

  POPULER  Tercyduk! Ridwan Kamil Tiru Pose Anies Baswedan

Dirinya menjelelaskan, Sidang Umum PBB sudah pernah menerbitkan Resolusi 181 tahun 1947 yang memendatkan berdirinya sebuah negara Arab dan sebuah negara Yahudi yang berdaulat di tanah Palestina yang dahulu dikuasai Inggris.

"Dewan Keamanan PBB juga pernah mengeluarkan resolusi 242 tahun 1967 yang memerintahkan Israel untuk mengembalikan wilayah yang diambilnya melalui perang. Sampai saat ini kedua resolusi tersebut masih belum direalisasikan," katanya.

Melalui forum PBB Indonesia dapat menjadi inisiator agar Sidang Umum PBB bisa mengeluarkan resolusi yang memberikan penekanan pada resolusi-resolusi sebelumnya dan menolak pengakuan Yerusalem sebagai ibukota Israel.

"Resolusi Sidang Umum PBB tidak bisa di veto negara manapun," kata Charles.

Lebih lanjut dirinya juga mengapresi langkah yang dilakukan Menlu Retno Marsudi, yang saat ini aktif melakukan komunikasi kepada negara-negara lainnya agar tidak ada negara lagi yang mengikuti jejak AS.

"Hal ini menjadi penting karena tanpa pengakuan komunitas internasional maka klaim Israel atas Yerusalem tidak akan berarti apa-apa," katanya. (*)

Sumber:
Tags:
IsraelAmerika Serikat
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved