Mitos di Balik Munculnya Supermoon, dari Tsunami hingga Gangguan Kesehatan?
Supermoon terakhir, di mana kita melihat Bulan terbesar dalam satu generasi terjadi pada November 2016.
Editor: Dhika Intan Nurrofi Atmaja
“Tidak akan ada gempa bumi atau gunung berapi meletus, kecuali memang tahun perhitungannya sama,” katanya.
Bumi hanya akan mengalami keadaan air yang surut lebih rendah dan keadaan air pasang lebih tinggi pasang ketika proses Supermoon.
Tidak berbeda jauh dengan cuaca, tampaknya fenomena Supermoon juga tidak akan mengganggu kesehatan, kecuali gangguan tidur.
Menurut Dr. Niall McCrae, seorang peneliti kesehatan mental di King College London, ia menemukan kurangnya penelitian antara hubungan Supermoon dan masalah kesehatan mental di awal abad 19.
Namun, sebaliknya, menurut perawat dari Dr. McCrae, Supermoon membuat pasien lebih resah dan gelisah.
Untuk itu, sebuah kelompok internasional melakukan penelitian.
Mereka mempelajari pola tidur anak-anak.

Hasilnya ke luar pada bulan Mei 2016 kemarin.
Dari 5.812 anak-anak di lima benua, durasi tidur ketika Supermoon terjadi mengalami penurunan rata-rata lima menit.
Hasil lain juga menjelaskan jika orang dewasa yang sehat dan normal tidur 20 menit lebih sedikit saat Supermoon.
“Namun tidak ada gangguan kesehatan yang substansial terjadi,” jelas Dr. McCrae.
“Jadi, dengan penelitian ini kami menghimbau agar masyarakat tidak khawatir. Sebab Supermoon tampaknya tidak mempengaruhi kesehatan dan juga perilaku masyarakat,” jelas Dr. Jean-Philippe Chaput, dari The Eastern Ontario Research Institute. (*)
Berita ini telah dipublikasikan Bangka Pos dengan judul Jangan Sia-siakan, Malam Ini Ada Supermoon yang Bisa Dilihat Dengan Mata Telanjang