Gunung Agung Meletus
Dua Asap Berwarna Berbeda Muncul dari Letusan Gunung Agung, Ada Pertanda Apakah?
Dua asap berbeda muncul dalam erupsi Gunung Agung, ada pertanda apakah? Berikut ini penjelasannya!
Editor: Fachri Sakti Nugroho
TRIBUNWOW.COM - Lubang magma baru muncul di Gunung Agung.
Dari lubang baru tersebut, muncul dua asap yang berbeda warnanya dari puncak gunung, yakni berwarna putih dan kelabu.
Asap yang berwarna kelabu tersebut keluar akibat munculnya lubang magma baru di Gunung Agung.
Sedangkan asap yang berwarna putih muncul karena hembusan asap yang mengandung uap air.
Tinggal di Bali, Happy Salma Tulis Soal Bencana Letusan Gunung Agung, Netizen: yang Sabar Ya . .
Hal ini diungkapkan oleh Kasubid Mitigas Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) I Gede Suantika.
"Asap warna putih itu adalah hembusan asap yang mengandung uap air. Sama seperti asap yang dikeluarkan oleh Gunung Agung ketika belum erupsi. Sementara yang kelabu itu asap mengandung abu vulkanik," jelas I Gede Suantika kepada Tribun Bali, Senin (27/11/2017).
Suantika menjelaskan, kondisi tersebut menandakan asap sulfatara dan abu vulkanik keluar dari lubang yang berbeda.
Ini juga menandakan makin banyak lubang-lubang baru di kawah Gunung Agung pasca terus mengalami erupsi magmatik dalam beberapa hari terkahir.
Akibat Erupsi Gunung Agung, 8 Maskapai Internasional Batalkan Penerbangan ke Bali
Muncul berbarengan dengan letusan beruntun
Lubang baru tersebut muncul bersamaan dengan letusan beruntun yang terjadi terus menerus.
Munculnya asap kelabu tersebut juga dibarengi dengan percikap api yang terlihat di puncak Gunung Agung.
Dari hasil pemantauan Kompas.com yang dilakukan Selasa pagi, Gunung Agung terus mengeluarkan asap pekat dengan ketinggian mencapai 4.000 meter.
Selain asap, karena aktivitas vulkanik, Gunung Agung juga terus menyemburkan abu.
Asap dan abu bergerak cenderung ke arah barat daya mengikuti arah angin.
"Embusan asap cenderung ke arah barat daya mengeluarkan asap kelabu, ini mengindikasikan pergerakan magma terus mendekati permukaan," kata Suantika.
Dampak Peningkatan Aktivitas Gunung Agung, Penutupan Bandara hingga 100 Ribu Orang harus Dievakuasi
Pengamatan satelit NASA
Kepala Sub-Bidang Mitigasi Pemantauan Gunungapi Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana mengatakan pada senin malam, anomali termal pertama Gunung Agung terdeteksi satelit NASA Modis, 70 Megawatt (sumber:mirovaweb.it).
"Ini menandakan bahwa magma dengan volume signifikan sudah berada di permukaan," ungkap Devy kepada Tribun Bali.
Ia menambahkan sebagai perbandingan, danau lava (lava lake) Nyiragongo di Kongo bisa mencapai 100 megawatt.
Deteksi termal dapat dipengaruhi kabut/awan, bisa mempengaruhi nilai sebenarnya.
Kisah Pengungsi Gunung Agung, Tetap Berkarya di Tengah Bencana
Berkaca pada Erupsi Gunung Agung Tahun 1963, Sebagian Warga di Radius Bahaya Enggan Mengungsi
Lava mulai menyembur
Sebelumnya, Tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengamati lava sudah mulai menyembur dari dalam kawah Gunung Agung.
Pantauan tersebut sekitar pukul 20.00 Wita, Senin malam.
Bahkan, fenomena itu bisa teramati dari Pos Pantau Gunung Api Agung di Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem.
"Suara dentuman sejauh ini belum ada terekam, seperti kemarin malam. Tapi kita baru mendeteksi adanya lava yang mulai menyembur dari dalam kawah," jelas Kepala Bidang Mitigasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi I Gede Suantika, Senin malam.
Ia menggambarkan, semburan lava itu seperti halnya air mancur.
Lava menyembur dangkal dalam kawah dan sesekali sampai tampak di atas kawah.
Namun, lava tersebut belum sampai meluber keluar dari kawah.
"Kalau semburan lava seperti ini, kami menyebutnya strombolian. Jadi lavanya itu menyembur pendek seperti itu. Ini belum letusan ekplosif Gunung Agung," jelasnya. (*)