Breaking News:

Kesaksian Pengungsi Gunung Agung 1963: 'Jam 6 Pagi Tak Ada Matahari Sama Sekali'

Sejak status Gunung Agung ditetapkan menjadi awas pada Jumat (22/9/2017), sudah 144.489 jiwa warga yang tinggal di zona merah mengungsi.

Editor: Galih Pangestu Jati
KOMPAS.com/Ira Rachmawati
Jero Mangku Suwenten (75), pengayah di Pura Besakih dan menjadi saksi besarnya letusan Gunung Agung pada tahun 1963. 

Sejarah mencatat, Gunung Agung pernah meletus sebanyak empat kali, yaitu pada 1808, 1821, 1843, dan 1963.

I Gusti Ketut Rai (67), warga yang tinggal di Besakih menceritakan, saat kejadian dia masih berusia 13 tahun.

Presiden Kunjungi Pengungsi Gunung Agung, Fenomena Ngeri No 3 Langsung Terjadi!

Ia dan keluarganya tinggal di bawah kaki Gunung Agung.

Sebelum meletus pertama kali, ia sering mendengar suara seperti piring pecah dari arah Gunung Agung.

Belum lagi, dia menyaksikan banyak binatang hutan turun ke pemukiman serta pepohonan yang ada di sekitar lereng gunung terlihat layu.

"Suara seperti piring pecah itu saya dengar sekitar 3 hari sebelum letusan pertama. Selain itu juga gempa naik turun dan besar sekali," katanya kepada Kompas.com, Jumat (29/9/2017).

Ketika jam 3 dini hari dia dan seluruh warga yang tinggal di Besakih keluar rumah setelah mendengar suara dentuman keras dan melihat ada percikan api dari puncak Gunung Agung.

"Jam 6 pagi saat matahari terbit tidak ada cahaya sama sekali. Gelap dan kami mengungsi membawa obor. Asap hitam. Bumi Hitam. Semua gelap. Penuh dengan abu," kata Ketut Rai.

Hal senada diceritakan Jero Mangku Suwenten (75).

Perempuan yang menjadi pengayah di Pura Besakih sejak tahun 1971 tersebut bercerita, saat Gunung Agung meletus dia berusia 21 tahun.

Dia melihat langsung hujan batu di tempat tinggalnya.

Presiden Jokowi di Bali, Disambut Gempa Terbesar Sejak Status Awas Gunung Agung hingga Bawa Bantuan!

Bahkan saat mengungsi, dia dan keluarganya harus melindungi kepala mereka dengan menggunakan alat rumah tangga.

"Ada batu yang sebesar kepala bayi. Dari jauh juga terlihat percikan api. Jika tidak dilindungi kepala bisa luka. Kami berjalan kaki saat mengungsi. Sudah tidak tahu apakah sudah malam atau masih siang. Jalan saja terus. Selama beberapa hari gelap gulita," jelasnya.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Tags:
Gunung AgungBaliMadura
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved