Gunung Agung Siap Meletus Kapan Saja, Hewan-hewan Turun dan Mati Karena. . .
Gunung Agung di Karangasem Bali berstatus awas. Meski belum meletus, sejumlah kejadian sudah menandai erupsi akan segera terjadi!
Penulis: Dhika Intan Nurrofi Atmaja
Editor: Dhika Intan Nurrofi Atmaja
Pada 1990 silam, Surono memasang alat pemantau gelombang suara berfrekuensi rendah (0,1-50 Hertz/Hz), frekuensi menengah (200 Hz- 5.000 Hz), dan frekuensi tinggi (di atas 15 kHz) di Gunung Kelud yang hendak meletus.

Adapun, saat detik-detik Gunung Kelud menyemburkan isi perutnya, ada beberapa zat yang menyumbat gunung.
"Sebelum gunung meletus, ada tekanan fluida (bisa berupa gas, uap air, atau magma) yang mendorong sumbat gunung," katanya.
Akibatnya, suara bising pun tercipta.
Tak Hanya Ezra Walian, Pemain U-16 Ini Juga Akan Menuju Almere City
Namun hal tersebut hanya bisa didengar oleh hewan-hewan tertentu.
Makhluk yang bisa mendengar pun merasa bising hingga tak mampu menahan suara yang ada.
Akibatnya, hewan-hewan tersebut berlairan turun gunung.
"Pada saat itulah hewan-hewan yang tak tahan suara bising ini berlarian turun dari gunung," kata Surono.
Di sisi lain, saat Gunung Agung masih berstatus awas dan belum erupsi, sekawanan burung pipit justru ditemukan tewas di kawasan Karangasem, Bali.

Rekaman Gunung Agung Meletus hingga Magma dan Awan Panas Muncul, Begini Fakta Sebenarnya!
Burung-burung itu berserakan di area Kantor Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) pada Senin (25/9/2017).
Amin Basri (54), tukang kebun di Dinas PUPR Karangasem mengaku tak tahu apa penyebab burung-burung tersebut mati berserakan.
Ia pun mengaku heran dengan kejadian tersebut,.
Meski begitu, Amin menebak hewan-hewan itu mati karena terdampak asap Gunung Agung.
"Nggak tahu penyebabnya. Mungkin karena hujan atau kena asap gunung. Tumben seperti ini. Sebelumnya nggak pernah. Pohon ini jadi tempat tidur burung," kata Amin Basri. (Tribunwow.com/Dhika Intan)