Gunung Agung Siap Meletus Kapan Saja, Hewan-hewan Turun dan Mati Karena. . .
Gunung Agung di Karangasem Bali berstatus awas. Meski belum meletus, sejumlah kejadian sudah menandai erupsi akan segera terjadi!
Penulis: Dhika Intan Nurrofi Atmaja
Editor: Dhika Intan Nurrofi Atmaja
TRIBUNWOW.COM - Gunung Agung masih berstatus awas.
Meski begitu, gunung yang terakhir kali erupsi pada 1963 tersebut bisa memuntahkan isi perutnya kapan saja.
Hal tersebut seperti yang dikatakan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kasbani.
"Potensi meletus besar dan belum ada tanda-tanda penurunan," terangnya di Pos Pengamatan Gunungapi Agung, Desa Rendang, Karangasem, Bali, Senin (25/9/2017), sebagaimana dikutip dari Tribun Bali.
Ngeri! Duel Maut Terjadi di Simpang Empat Banjar, Polisi Ringkus Pembunuh Dalam Waktu Singkat!
Sementara itu, sejumlah tanda-tanda sudah muncul seiring peningkatan aktivitas vulkanik dan status bahaya Gunung Agung.
Satu diantaranya adalah saat hewan-hewan mulai turun gunung.

Hewan memang dianggap memiliki 'indra keenam'.
Sehingga, makhluk-makhluk itu disebut bisa mengerti pertanda alam yang tak bisa dirasa manusia.
Fenomena Alam Tandai Erupsi Gunung Agung Makin Dekat, Kuncinya di No 4!
Namun, insiden hewan liar berbondong-bondong turun dari gunung berapi jelang erupsi bukannya tanpa alasan ilmiah.
Dijelaskan Mantan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana, Surono, hal tersebut lantaran adanya gelombang suara yang jadi tanda gunung berapi segera erupsi.
Namun, gelombang suara tersebut memiliki intensitas yang terlampau rendah sehingga manusia tak bisa mendengar sementara hewan-hewan bisa peka.
Seperti dikutip dari Tribun Bali hal tersebut dikatakan Surono berdasarkan dari pengalaman yang ia jalani sendiri.
Kronologi Kasus Sadis Pasutri Dipenggal Kepalanya di Ketapang, Pengungkapan Kasus Dinanti Sang Anak!
Pada 1990 silam, Surono memasang alat pemantau gelombang suara berfrekuensi rendah (0,1-50 Hertz/Hz), frekuensi menengah (200 Hz- 5.000 Hz), dan frekuensi tinggi (di atas 15 kHz) di Gunung Kelud yang hendak meletus.

Adapun, saat detik-detik Gunung Kelud menyemburkan isi perutnya, ada beberapa zat yang menyumbat gunung.
"Sebelum gunung meletus, ada tekanan fluida (bisa berupa gas, uap air, atau magma) yang mendorong sumbat gunung," katanya.
Akibatnya, suara bising pun tercipta.
Tak Hanya Ezra Walian, Pemain U-16 Ini Juga Akan Menuju Almere City
Namun hal tersebut hanya bisa didengar oleh hewan-hewan tertentu.
Makhluk yang bisa mendengar pun merasa bising hingga tak mampu menahan suara yang ada.
Akibatnya, hewan-hewan tersebut berlairan turun gunung.
"Pada saat itulah hewan-hewan yang tak tahan suara bising ini berlarian turun dari gunung," kata Surono.
Di sisi lain, saat Gunung Agung masih berstatus awas dan belum erupsi, sekawanan burung pipit justru ditemukan tewas di kawasan Karangasem, Bali.

Rekaman Gunung Agung Meletus hingga Magma dan Awan Panas Muncul, Begini Fakta Sebenarnya!
Burung-burung itu berserakan di area Kantor Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) pada Senin (25/9/2017).
Amin Basri (54), tukang kebun di Dinas PUPR Karangasem mengaku tak tahu apa penyebab burung-burung tersebut mati berserakan.
Ia pun mengaku heran dengan kejadian tersebut,.
Meski begitu, Amin menebak hewan-hewan itu mati karena terdampak asap Gunung Agung.
"Nggak tahu penyebabnya. Mungkin karena hujan atau kena asap gunung. Tumben seperti ini. Sebelumnya nggak pernah. Pohon ini jadi tempat tidur burung," kata Amin Basri. (Tribunwow.com/Dhika Intan)