Sering Salah Kaprah, Ternyata Flu Justru Tak Mempan Antibiotik
Flu maupun pilek biasanya tidak perlu diobati dengan antibiotik karena virus tidak mempan antibiotik.
Editor: Maya Nirmala Tyas Lalita
Penderita harus beristirahat dan mengurangi aktivitasnya, termasuk bicara.
Olahraga sebaiknya dihentikan sementara.
Bila disertai demam, sebaiknya penderita jangan diselimuti (ada artikel tersendiri untuk ini).
Bertentangan dengan pemahaman yang beredar luas di masyarakat, sejak lama penelitian telah membuktikan bahwa antibiotik tidak mempercepat penyembuhan flu.
Sebaliknya, cukup dengan pemberian obat sederhana untuk mengurangi gejala pilek, batuk, dan panas, saja sudah dapat mengurangi gejala dan penderitaan.
Magnosomnia SMAN 4 Semarang: Anak Muda yang Tak Lupa Budaya Bangsa
Obat untuk flu perlu mengandung campuran obat demam (parasetamol, ibuprofen), komponen pilek (efedrin, pseudoefedrin, atau fenilpropanolamin) untuk mengeringkan hidung, dan komponen obat batuk (dekstrometorfan atau noskapin).
Bila gejalanya hanya disertai demam, tidak diperlukan semua komponen.
Bagaimana bila hanya pilek?
Cukup pilih obat bebas yang mengandung komponen pilek saja, kalaupun dicampur dengan komponen antihistamin (CTM, misalnya) masih diperbolehkan.
Pemilihan obat kombinasi tergantung kecocokan individual. Sedangkan membeli antibiotik sendiri di pasar bagaimanapun tidak dapat dibenarkan.
Soalnya, antibiotik digolongkan dalam obat berbahaya yang harus dikontrol pemakaiannya (hanya untuk yang benar-benar memerlukan).
Para dokter yang terlanjur salah kaprah tentang penggunaan antibiotik diimbau untuk tidak melakukannya lagi. Alangkah baiknya kalau mereka mau beralih ke cara pengobatan yang rasional.
Efek sampingan antibiotik yang serius, selain dapat menimbulkan masalah resistensi, kadang-kadang dapat menimbulkan kematian.
Obat yang mubazir karena tidak efektif dan malah menimbulkan reaksi berbahaya sebenarnya bertentangan dengan pertimbangan manfaat atau risiko dalam prinsip pengobatan.