Breaking News:

Ternyata Nonton Film Sadis Bisa Tumbuhkan Sifat Psikopatik Pada Anak

Tak dapat dipungkiri lagi kalau nonton film dan sinetron menjadi aktivitas favorit banyak orang untuk melepas penat setelah seharian beraktivitas.

Editor: Maya Nirmala Tyas Lalita
Kompas.com
Ilustrasi anak nonton TV 

Kriminalitas

Beberapa studi yang dilansir dalam Urban Child’s Institute menunjukkan bahwa terlalu banyak menonton televisi tak hanya berdampak negatif pada prestasi dan kesehatan anak secara keseluruhan, namun juga perkembangan perilakunya di masa depan.

Studi Guntarto tahun 2000 menunjukkan bahwa anak yang telalu banyak nonton film dan tayangan televisi yang berbau kekerasan dapat tumbuh menjadi sosok yang sulit berkonsentrasi dan kurang perhatian pada lingkungan sekitar.

Studi lain yang dilakukan oleh Anderson tahun 2012 juga menunjukkan bahwa anak-anak yang menonton film kekerasan lebih cenderung memandang dunia sebagai tempat yang kurang simpatik, berbahaya, dan menakutkan. Anggapan negatif terhadap dunia luar ini lama-kelamaan dapat menumbuhkan sikap dan kepribadian agresif pada anak.

“Anak yang gemar menonton acara-acara sadis di televisi cenderung menunjukkan perilaku sadis di masa depan, sementara orang-orang yang terlalu sering menonton TV cenderung memiliki perilaku buruk nantinya,” ujar para peneliti dari University of Otaga di New Zealand, berdasarkan hasil studi yang diterbitkan di jurnal Pediatric.

Tersebar Video Mahasiswi Indonesia Menjadi Artis Film Dewasa Jepang, Begini Penampilannya!

Para peneliti menemukan bahwa anak yang lebih sering menonton TV akan lebih mungkin melakukan tindakan kriminal saat dewasa.

Setiap jam yang dihabiskan anak untuk menonton TV di malam hari, meningkatkan risiko mereka melakukan perbuatan kriminal sebesar 30 persen.

Penelitian ini dilaksanakan pada 1,000 anak yang lahir pada tahun 1972 sampai 1973 di kota Dunedin, New Zealand.

Saat berusia lima tahun, anak-anak mulai diwawancarai mengenai kebiasaan menonton TV mereka setiap 2 tahun sekali.

Peneliti lalu membandingkan informasi yang mereka dapat dengan rekor kriminal partisipan pada umur 17-26 tahun, termasuk perampokan bersenjata, pembunuhan, serangan yang membahayakan, pemerkosaan, menyerang orang dengan binatang, dan vandalisme dengan kekerasan.

Para peneliti menemukan adanya kemiripan pada sikap agresif, antisosial, dan emosi negatif pada partisipan yang sama pada umur 21-26 tahun.

Sifat antisosial,  atau yang sering disebut dengan “sosiopat” atau “psikopat” adalah sebuah kondisi gangguan mental di mana seseorang tidak dapat merasakan empati terhadap sekitarnya dan sering dikaitkan dengan sikap manipulatif dan bertentangan dengan hukum seperti compulsive liar (berbohong terus menerus tanpa disadari), mencuri, merusak properti, dan kekerasan.

Individu pengidap psikopati tidak memiliki rasa penyesalan dan bersalah atas perbuatannya terhadap orang lain, juga rasa tanggung jawab yang hampir tidak ada.

Pendampingan

Halaman
123
Sumber: TribunWow.com
Tags:
ASEANKomisi Penyiaran Indonesia (KPI)New Zealand
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved