Banyak Dipertanyakan, Akankah Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi Dicabut?
Aung San suu Kyi, pemimpin de facto Myanmar dan peraih Nobel Perdamaian, mendapat tekanan untuk mengecam sebuah operasi militer.
Penulis: Galih Pangestu Jati
Editor: Galih Pangestu Jati
TRIBUNWOW.COM - Aung San suu Kyi, pemimpin de facto Myanmar dan peraih Nobel Perdamaian, mendapat tekanan untuk mengecam sebuah operasi militer.
Operasi militer tersebut dikecam karena menyebabkan ribuan pengungsi Muslim melarikan diri melintasi perbatasan ke Bangladesh.
Beberapa demonstrasi pun digelar.
Demonstrasi terhadap penargetan kelompok etnis Rohingya, sebuah minoritas Muslim yang teraniaya, terjadi pada Senin (4/9/2017).
Sementara itu, di Jakarta, para pemrotes membakar foto Aung San Suu Kyi.
Terungkap! Di Balik Pembantaian Rohingya, Ternyata Israel di Balik Pasokan Senjatanya
Tak hanya itu, kantor Kedutaan Besar Myanmar di Jakarta dilempar bom molotov.
Berkaitan dengan hal ini banyak orang yang bertanya apakah Nobel Perdamaian yang diberikan oleh panitia akan dicabut.
Beberapa penerima Nobel Perdamaian pun melancarkan kritik terhadap Aung San Suu Kyi.
Salah satunya adalah Malala Yousafzai, seorang Muslim Pakistan yang menjadi penerima Nobel Perdamaian termuda.
"Selama beberapa tahun terakhir, saya berulang kali mengutuk perlakuan tragis dan memalukan ini," tulisnya di Twitter.
Lebih lanjut, ia menulis bahwa ia masih menunggu aksi dari aung San Suu Kyi.
Tahun lalu, beberapa peraih Nobel menandatangani sebuah surat terbuka yang memperingatkan kemungkinan adanya genosida.
Aksi Dukung Rohingya Kepung Borobudur, Tuai Tanggapan Keras dari Pemda dan Pemuda Muhammadiyah!
Baik surat terbuka dan cuitan Twitter meminta untuk Nobel Perdamaian Ang San Suu Kyi dicabut.