Kisah Pilu Abah Tarsa Hidup Sebatang Kara di Gubuk Sempit dengan Leher Bengkok
Abah Tarsa (82) berdiri perlahan. Dia melangkahkan kakinya ke dapur yang berada persis di samping gubuk miliknya...
Editor: Maya Nirmala Tyas Lalita
TRIBUNWOW.COM - Abah Tarsa (82) berdiri perlahan.
Dia melangkahkan kakinya ke dapur yang berada persis di samping gubuk miliknya.
Dapurnya sangat kecil, luasnya hanya sekitar 1x1 meter.
Di dalam dapur, terdapat hawu (tungku) dan sejumlah kayu bakar.
Dindingnya dibiarkan setengah terbuka.
Hanya dinding bagian bawah dipasangi triplek agar angin atau hujan tidak mengganggu api dalam tungku.
Idul Adha Tiba, Kakek Ini Masih Sibuk Kais Sampah, Kalau Tidak Bekerja, Besok Makan Apa?
Abah Tarsa mengangkat panci berisi nasi liwet dan menyimpannya di dekat tungku lalu kembali ke gubuknya yang berukuran 2x3 meter untuk menerima Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi yang datang bertamu sore itu.
Sama dengan dapurnya, gubuknya pun tidak layak untuk ditinggali.
Dindingnya terbuat dari triplek seadanya. Di dalamnya hanya ada alas tidur.
Di samping gubuk terdapat beberapa kandang ayam, begitu pun di belakang gubuk ada kandang domba milik orang lain yang dititipkan pada Tarsa.
Jika malam tiba, Tarsa hidup dalam gelap.
Seperti di Taman Firdaus, di Tempat Ini Semua Orang Wajib Tanpa Busana
Di gubuknya tidak ada listrik maupun kamar mandi. Jika ingin buang air, ia harus nebeng ke tempat lain.
“Ah nya kieu weh, calik nyalira. Istri sareng murangkalih tos ngantunkeun sadaya(ah begini saja, tinggal sendiri. Istri dan anak sudah meninggal semua),” ujar Tarsa kepada Kompas.com, Jumat (22/4/2017) sore.