Pesan Terakhir Mbah Maridjan dan Kisahnya Tepat Ramalkan Letusan Merapi Gara-gara Burung
Kisah Mbah Maridjan diangkat di layar kaca dan sudah ditayangkan dengan beberapa orang peraga disesuaikan dengan peristiwa nyata.
Penulis: Rimawan Prasetiyo
Editor: Rimawan Prasetiyo
TRIBUNWOW.COM - Juru Kunci Merapi meninggal karena Wedhus Gembel pada 26 Oktober 2010.
Mbah Maridjan sesuai janji tetap setia tunggui Merapi meski korbankan nyawanya.
Kisah Mbah Maridjan diangkat di layar kaca oleh Trans 7 beberapa waktu lalu dan sudah ditayangkan dengan beberapa orang peraga disesuaikan dengan peristiwa yang terjadi.
Pada film semi dokumenter tersebut memperlihatkan bagaimana hiruk pikuk saat itu.
Belanja Sayuran di Supermarket Ternama, Seorang Pembeli Temukan Hal Menjijikan di Dalam Kemasan!
Bagaimana Mbah Maridjan yang sudah lebih dulu mengetahui soal letusan dahsyat Gunung Merapi satu di antaranya hanya dengan memperhatikan aktivitas segerombolan burung.
Trans 7 menampilkan kisah Mbah Maridjan saat erupsi Gunung Merapi hingga keluarkan awan panas yang disebut Wedhus Gembel.
Pada tayangan tersebut ditampilkan pula Asih (50) anak Mbah Maridjan yang saat ini telah resmi menggantikan ayahnya sebagai Juru Kunci Gunung Merapi.
Film tersebut dibuat berdasarkan kesaksian anak Mbah Maridjan, tim SAR serta rekaman dokumentasi saat kejadian.
Jalani Operasi Tumor Otak, Pesan Terakhir Bocah Ini Sungguh Menyayat Hati
"Firasat bapak ndak enak Sih (Asih) Merapi sudah mulai bangun. Tanda-tanda keajaibannya sudah terlihat. Bapak yakin sebentar lagi terjadi letusan mungkin lebih besar dari sebelumnya," ujar Mbah Maridjan yang disampaikan oleh peraga pada film tersebut.
Dikisahkan saat itu Mbah Maridjan sedang berbicara dengan Asih.
Mbah Maridjan yang menyampaikan pada Asih soal prediksinya juga menduga kalau pihak dari lembaga penelitian Gunung Merapi pasti sudah tahu dan pasti akan segera memerintahkan evakuasi.
Ternyata benar secara resmi perintah evakuasi sudah disebarkan saat itu.
Kepada Asih Mbah Maridjan saat itu menyampaikan kalau letusan akan terjadi dalam waktu tiga atau dua hari.
"Tanggal 26 oktober meletus, tanggal 25 saya disuruh turun tapi bapak (Mbah Maridjan) tidak akan turun," ujar Asih menceritakan kembali saat itu melalui tayangan Trans 7.
Asih juga ingat saat itu ia sudah berkali-kali membujuk Mbah Maridjan untuk turun tapi tetap ditolak.
Menurut Asih saat itu Mbah Maridjan bahkan sempat bercanda ketika dibujuk turun.
Pria Tak Berbusana Hebohkan Toraja! Pelaku Naik Motor Hanya Gunakan Helm dan Sepatu!
"Kalau turun memalukan. Sih nek aku medun ndak digeguyu pitik (Sih kalau saya turun nanti ditertawai ayam)," jelas Asih menirukan perkataan ayahnya.
Mbah Maridjan juga beberapa kali membantu relawan yang berupaya membujuk penduduk untuk turun.
Di depan para relawan dan Tim SAR, Mbah Maridjan mengatakan kalau tanda-tanda Gunung Merapi sudah meletus sudah jelas terlihat.
Melalui tayangan tersebut disampaikan kalau Gunung Merapi bangun (sebutan dari Mbah Maridjan) sudah tampak.
Malangnya Nasib Gadis Ini, Sejak Bertemu Ayahnya, sang Ibu Malah Memasungnya
Mbah Maridjan memperhatikan titik api di puncak, suara gemuruh dan satu lagi tanda tentang kawanan burung yang ramai-ramai pindah atau terbang ke arah Selatan.
Mbah Maridjan juga telah memerintahkan Asih untuk menyiapkan mobil dengan menghadapkan mobil ke arah Selatan agar segera bisa melakukan evakuasi secepat mungkin.
Pesan terakhir Mbah Maridjan
Mbah Maridjan sempat memberikan pesan terakhir pada Asih anaknya sebelum ia memutuskan untuk tetap tinggal di rumah dan akhirnya meninggal gara-gara awan panas.
Mbah Maridjan memberikan pesan agar Asih merangkul semua pihak, melayani dan tidak membeda-bedakan.
"Sih besok nek kowe kuwi dadi wong tuwo kowe ojo nganti mbedak-mbedakke uwong sopo wae kudu kok rangkul sopo wae kudu kok layani (Sih kalau kelak kamu jadi orang tua, jangan sampai membeda-bedakan orang. Siapa saja harus kamu rangkul siapa saja harus kamu layani)," ujar Asih menirukan pesan yang disampaikan ayahnya.
Selain itu detik-detik ketika Mbah Maridjan menolak diajak turun diperlihatkan dalam sebuah adegan.
Saat itu Mbah Maridjan sedang salat.
Mengapa Sepeda Motor Tidak Boleh Lewat Jalan Tol? Jawabannya Tak Terduga!
Dua relawan menunggu dengan wajah panik lantaran awan panas sudah mulai terlihat.
Selesai salat dua relawan meminta Mbah Maridjan untuk turun sebentar.
Bujukan kedua relawan tak mempan, Mbah Maridjan tetap kukuh di situ, menjaga amanat yang diberikan Sri Sultan Hamengku Buwono IX, ayah dari Gubernur DIY saat ini, Sri Sultan Hamengku Buwono X.
"Saya akan tinggal di sini akan menunggu Merapi sesuai amanat Sri Sultan Hamengku Buwono ke IX, kalian turun saja," ujar Mbah Maridjan yang diperankan oleh orang lain memperagakan peristiwa sesuai dengan kondisi nyata saat itu.
3 Poin Tanggapan Jokowi soal Pertemuan SBY-Prabowo yang Sindir Kekuasaan
Pada saat itu Sri Sultan Hamengku Buwono X sudah memerintahkan agar Mbah Maridjan turun gunung karena kondisi saat itu, tapi tampaknya Mbah Maridjan tetap ikuti amanat mendiang Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
Total korban awan panas termasuk Mbah Maridjan ada lebih dari 300 orang termasuk 9 orang relawan yang memiliki misi menyelamatkan Mbah Maridjan untuk turun.
9 Relawan ditemukan tewas di sekitar rumah Mbah Maridjan. (TribunWow.com/Rimawan Prasetiyo)