Prestasi Dua Anak Bali Ini Pikat Hati Dosen UGM hingga Buat Tulisan Menginspirasi!
Tak banyak yang mengetahui prestasi mendunia dari dua remaja kakak beradik asal Bali bernama Melati Wijsen dan Isabel Wisjen.
Penulis: Natalia Bulan Retno Palupi
Editor: Maya Nirmala Tyas Lalita
Di situlah, dua remaja dari Bali dengan sangat jelas dan tegas nampak superior dibandingkan anak muda lain dari New York, Amerika Serikat atau juga Belanda.
Panggung itu memang bukan untuk kompetisi tetapi saya tidak kuasa menahan diri dari rasa bangga sambil berbisik dalam hati “kita bisa, masih bisa, tetap bisa!”
Presentasi Melati dan Isabel adalah juga pelajaran tetang pendidikan.
Mereka adalah anak-anak dari Green School di Bali yang penuh kebebasan.
Saya tahu, diskusi kita tidak akan pernah konklusif jika berbicara soal sistem pendidikan yang baik dan terbaik.
Orang tua bisa menghabiskan waktu bertahun-tahun di ruang seminar untuk mencari sistem yang terbaik. Pertarungan antara mereka yang percaya dengan satu sistem kurikulum dan mereka yang percaya sistem kurikulum lainnya tidak akan mudah dipertemukan.
Saya paham itu. Meski begitu, Melati dan Isabel telah menjadi testimoni positif akan pendidikan yang membebaskan imajinasi.
Dengan analogis dan filosofis, Melati menceritakan sekolahnya di hutan tanpa tembok tanpa ruang kelas, dan tanpa ujian. Dia merasa mendapat kebebasan, terutama bagi jiwa dan imajinasinya untuk memikirkan hal-hal mendasar dan besar untuk kehidupan. “We learn real things in life”, katanya bersemangat.
Melati menceritakan pengalamannya layaknya seseorang yang paham betul apa yang terjadi dan dialaminya.
Hal ini bisa dilihat terutama ketika mereka harus menjawab pertanyaan spontan. Seorang petinggi di PBB mengatakan bahwa kualitas presentasi mereka sama dengan kualitas jawaban mereka terhadap pertanyaan spontan.
Itu artinya, mereka benar-benar menjiwai apa yang mereka lakukan.
Mereka ada di sana dengan isi hati dan kepala yang bermutu, tidak hanya menghafalan deretan kalimat indah untuk menghipnotis hadirin.
Saya bisa merasakan kenapa pejabat PBB ini begitu yakin dengan kata-katanya. Dengan menyaksikan Melati dan Isabel, saya menyetujui pejabat ini tanpa syarat.
Sistem pendidikan dan model kurikulum mungkin bisa apa saja dan tetap akan menjadi perdebatan tetapi saya makin yakin bahwa pendidikan harus membebaskan.
Senada dengan anjuran Malcolm Forbes, bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mengganti kepala yang kosong dengan kepala yang terbuka.
Tujuan pendidikan adalah keterbukaan untuk menemukan kebebasan mencari dan tetap mencari.
Hari ini saya menyaksikan dua hal.
Pertama, niat dan tujuan baik yang diusahakan dengan sungguh-sungguh dan dikomunikasikan dengan cara yang tepat bisa menjadi sebuah gerakan besar dan diakui dunia.
Semua itu telah membawa Melati dan Isabel akan hadir esok hari di World Ocean Stage, berbicara di panggung yang sama dengan ilmuan tingkat dunia dan aktivitis internasional.
Pesannya, esok hari akan didengarkan oleh Duta Besar, Menteri, Diplomat, Ilmuwan, Pengusaha dan generasi muda yang antusias di seluruh dunia.
Jutaan orang akan menyimak mereka langsung atau tidak. Ibu Menteri Susi Pudjiastuti juga akan menyaksikan presentasi mereka esok hari.
Kedua, saya telah menyaksikan mimpi besar Indonesia yang bisa menjadi nyata.
Melihat anak remaja dari Bali yang presentasinya seakan-akan membuat anak remaja dari New York dan dari Belanda tidak lebih baik dari mereka tentu saja memberi semangat positif.
Saya selalu bicara di depan anak-anak muda Indonesia, bahwa jika dunia bisa dan pernah dikendalikan dari sebuah gedung di Wall Street di New York, dia tentu juga bisa diwarnai dari sebuah bale-bale sederhana di Tabanan.
Menyaksikan teknologi informasi dan komunikasi yang sedemikian pesat berkembang, dan terutama menyaksikan Melati dan Isabel di Gedung PBB, saya yakin apa yang saya ceritakan itu kian mendekati kebenarannya.
Tugas saya dan generasi saya adalah berbuat terus sesuai dengan peran dan kapasitas kami.
Selanjutnya, tugas berikutnya adalah mendukung anak-anak muda di sekitar kita untuk mengenal peran dan kemampuannya lalu terbang tinggi sambil tetap menjejak bumi.
Saya setuju dengan apa yang disampaikan Melati dan Isabel di penutupan presentasinya.
Anak remaja seperti mereka mungkin mewakili hanya 25 persen penduduk dunia tetapi yang pasti, mereka adalah 100% dari masa depan. Terima kasih Melati dan Isabel"
Simak pidato Melati dan Isabel pada World Ocean Day di Markas Besar PBB, New York selengkapnya dalam video di bawah ini!
(TribunWow.com/Natalia Bulan Retno Palupi)