Prestasi Dua Anak Bali Ini Pikat Hati Dosen UGM hingga Buat Tulisan Menginspirasi!
Tak banyak yang mengetahui prestasi mendunia dari dua remaja kakak beradik asal Bali bernama Melati Wijsen dan Isabel Wisjen.
Penulis: Natalia Bulan Retno Palupi
Editor: Maya Nirmala Tyas Lalita
TED Talks, sebuah konferensi paling bergengsi di planet Bumi, telah tersentuh oleh gerakan mereka dan keduanya pernah diminta berbicara di sana.
Tidak banyak, kalaupun ada, orang Indonesia yang telah berbicara di panggung bergengsi itu. Tidak saja mereka hadir dengan gagasan cemerlang, mereka juga datang dengan pembawaan yang memikat.
“Om Suastyastu”, demikian sapa Melati ketika memulai pembicaraan hari ini.
Tak lupa, dengan fasih dia jelaskan apa maknanya.
Bahasa Inggrisnya yang sangat fasih dan terdengar natif dan artikulasi yang ciamik menjadi kendaraan sempurna sebuah gagasan besar yang lahir dari generasi muda yang menjanjikan.
Saya perhatikan sekeliling, tak satupun orang dewasa di sekitar itu yang lepas perhatiannya. Ada yang mulai mengangguk, ada yang tersenyum dan ada yang berdecak kagum.
Melati dan Isabel, dengan fasih menceritakan betapa inginnya mereka membuat Bali terbebas dari sampah plastik dan mereka ingin menjadi bagian dari semua itu.
Saya paham, Melati dan Isabel telah melatih presentasi mereka dengan baik.
Yang paling mengagumkan adalah cara mereka membawakannya dengan alami, layaknya orang yang menceritakan sesuatu yang memang digandrungi, dicintai penuh seluruh.
Pembagian tugas bicara di antara keduanya sempurna, interaksi keduanya dalam proses transisi yang sangat mulus dan bahasa tubuh mereka yang penuh kasih sayang pada satu sama lain menjadikan presentasi mereka itu tidak saja informatif tetapi juga inspiratif.
Sebagai seorang ayah dari seorang anak remaja, hal pertama yang muncul di benak saya adalah mengenalkan mereka pada anak saya.
Tentu bukan untuk mengubah anak saya menjadi mereka tetapi untuk menularkan semangat positif dan kerja keras mereka.
Memang sebaiknya kita tidak merasa bangga pada sesuatu atau seseorang hanya karena kesamaan kesukuan atau kebangsaan atau hal-hal primordial lainnya tapi saya tidak bisa menahan diri akan rasa bangga ketika Melati dan Isabel ada di sana mewakili generasi muda bangsa saya, Indonesia.
Hal ini terlihat lebih kuat ketika ada beberapa orang anak muda dari negara berbeda yang juga berbuat sesuatu.
Saya tidak meragukan apa yang mereka lakukan tetapi dari cara mereka menceritakannya, terlihat jelas Melati dan Isabel sangat layak mendapat perhatian dan apresiasi lebih.