Polisi Tangkap Otak Pelaku Bom Kampung Melayu!
Pihak kepolisian kini berhasil meringkus tersangka baru bom bunuh diri di Kampung Melayu.
Penulis: Fachri Sakti Nugroho
Editor: Maya Nirmala Tyas Lalita
TRIBUNWOW.COM - Serangan bom bunuh diri di Kampung Melayu, Jakarta Timur telah dikembangkan oleh Detasemen Khusus 88 dan berhasil meringkus tersangka baru.
Pihak kepolisian kini berhasil meringkus MA alias AN di Desa Cileunyi Wetan, Kotamadya Bandung, Jawa Barat.
Dari penyelidikan sementara, MA merupakan otak dari serangan bom di kampung Melayu.
"Yang bersangkutan ditangkap Rabu (7/6/2017) sekitar pukul 07.45 WIB," ujar Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes Pol Martinus Sitompul, Rabu siang kepada KOMPAS.com.
Martinus mengatakan, MA memimpin pertemuan dengan dua pelaku bom bunuh diri, Ahmad Sukri dan Ichwan Nur Salam pada 19 Mei 2017.
Densus 88 Geledah Rumah Guru Bomber Kampung Melayu dan Temukan Hal Ini!
Mereka bertemu di Yayasan Assunah di Bandung, Jawa Barat, bersama Muhammad Iqbal alias Kiki, pelaku yang sudah ditangkap sebelumnya.
Dalam pertemuan tersebut, MA memberikan arahan kepada kedua pelaku bom.
"(MA) memberikan arahan kepada kedua pelaku bom bunuh diri Kampung Melayu," kata Martinus.
Densus 88 juga berhasil menangkap pria berinisial WT pada hari yang sama dengan penangkapan WA.
Pria berinisial WT ini ditangkap di pasir Biru, Bandung.
2 Tewas, Tersangka Bom Kampung Melayu Ternyata 6 Orang, Begini Perannya Masing-masing!
Martinus mengungkapkan, jika WT juga hadir dalam pertemuan di Yayasan Assunah pada 19 Mei 2017.
WT adalah seorang motivator dalam jaringan tersebut.
Ia juga bertugas untuk memotivasi kedua pelaku bom bunuh diri di Kampung Melayu untuk melakukan aksinya.
"WT merupakan ketua tim Asykari Assunah yang beranggotakan di antaranya adalah Ahmad Sukri dan Ichwan Nur Salam (pelaku bom)," kata dia.
Sebelumnya, anggota Densus 88 bersama Ditreskrimum Polda Jawa Barat telah menangkap Kiki alias Muhammad Iqbal.
Kiki juga pernah mendekam di penjara karena terlibat dalam insiden bom di Cibiru Bandung tahun 2010 silam.
Kiki berperan sebagai pembuat bom dan juga motivator dalam jaringan tersebut.
Ia juga memiliki komunitas pengajian, dan satu diantara muridnya adalah pelaku bom bunuh diri di Kampung Melayu.
Alasan Kenapa Polisi Menjadi Sasaran Teror Bom
Kepala Polri Jenderal Pol Tito Karnavian mengungkapkan alasan kenapa polisi menjadi sasaran utama berbagai teror bom.
Pelaku peledakan bom diduga berasal dari kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Kelompok ini dipimpin oleh Aman Abdurrahman dan berafiliasi dengan Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Menurut Tito, polisi diincar oleh pelaku teror karena doktrin yang ditanamkan oleh JAD.
"Tentu kita melihat memang Polri menjadi sasaran karena memang doktrin mereka. Kita harus paham bahwa ISIS itu dibentuk oleh dua komponen utama," ujar Kapolri Jenderal Tito Karnavian, di RS Polri Keramat Jati, Jumat 26 Mei 2017 dikutip dari KOMPAS.com.
Tito menjelaskan, doktrin pertama yang dianut para teroris yang berkiblat kepada ISIS adalah tauhid wal jihad, serta komponen eks militer Saddam Hussein yang dibubarkan.
"Sehingga ideologi yang dibawa oleh mereka tauhid wal jihadnya adalah Takfiri," sebutnya.
Tito selanjutnya mengungkapkan jika kelompok aliran tauhid wal jihad ini dipimpin oleh Aman Abdurrahman pada tahun 2003 yang saat iru juga terjadi ledakan di Cimanggis, Jawa Barat.
Paham takfiri ini memiliki konsep utama yang mengharuskan segala sesuatunya berasal dari Tuhan.
"Pendukung utama dari tauhid wal jihad di Irak yang dipimpin oleh abu Muhammad Maqdisi, itu juga mengusung ideologi Takfiri, yang konsep utamanya adalah Tauhid, yaitu segala sesuatu harus berasal dari Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT," ucap dia.
Konsekuensinya, bagi siapa saja yang tidak sesuai dan tidak berasal dari Tuhan maka dianggap haram atau kafir.
"Sehingga mereka menentang demokrasi Pancasila karena dianggap kafir atau kufur. Sehingga pendukung ideologi ini, pendukung negara ini, tentaranya dan Polri dianggap thagut (setan). Kemudian bagi mereka yang tidak satu aliran adalah kafir," ujarnya.
"Kafir harbi adalah kafir yang dianggap atau dianggap memusuhi mereka, menyerang mereka. Sedangkan kafir kafir dzimi adalah yang tidak menyerang mereka tapi harus tunduk kepada mereka. Nah, Polri bagi mereka adalah kafir harbi," tutupnya.
Analisis Kapolri Terkait bom di Terminal Kampung Melayu
Tito juga memiliki analis terkait peledakan bom di Termminal Kampung Melayu.
Menurutnya teror yang terjadi tersebut merupakan bagian dari fenomena serngan global.
"Mereka ini pendukung ISIS. Karena di tingkat pusat di Syria ditekan oleh Rusia dan negara barat, sehingga ada fenomena yang namanya desentralisasi," ujar Tito, dikutip dari KOMPAS.com.
Situasi yang menyudutkan ISIS ini mengakibatkan jaringan ISIS di seluruh dunia ikut bergerak melawan melalui beberapa aksi teror di sejumlah negara.
Diketahui, juga terjadi teror bom di Manchester Arena, dan baku tembak di Filipina sebelum peristiwa bom di Terminal Kampung Melayu terjadi.
"Sentralnya diserang, mereka memecah dan memerintahkan sel-sel pendukung di berbagai negara untuk melakukan serangan untuk mengalihkan perhatian," papar Tito.
Analisis Tito ini berdasarkan identifikasi pelaku peledakan, berinisial AS dan INS yang merupakan jaringan kelompok JAD.
JAD yang ada di Indonesia telah di Indonesia terhubung dengan warga negara Indonesia (WNI) yang sudah mendeklarasikan diri bergabung dengan ISIS, yakni Bahrun Naim.
"Maka yang kita lihat (aksi teror) terjadi di Manchester, di Filipina, dan secara khusus di Indonesia, itu adalah sel yang terkait dengan individu bernama Bahrun Naim, WNI yang ada di Rakha, Suriah," ujar Tito.(TribunWow.com/Fachri Sakti Nugroho)