Kisah Lengkap Afi Nihaya yang Sesenggukan Dituduh Plagiat Tulisan Mita Handayani
Dalam tulisan tersebut, siswa SMA dari Banyuwangi ini menyoroti tentang pilihan seseorang dalam menentukan keyakinannya.
Penulis: Dhika Intan Nurrofi Atmaja
Editor: Wulan Kurnia Putri
"Keduanya aku tulis untuk meramaikan momen Ramadan saat itu, dan sebenarnya justru lebih ditujukan kepada segmen pembaca anti Islam agar bisa mengapresiasi sisi lain Islam yang mungkin jarang mereka dengar.
Bahwa Islam tidak monolitik, bahwa Islam juga terdiri dari kutub-kutub tafsir yang saling berkompetisi. Dan bahwa sebagian kutub itu juga menyajikan wajah Islam yang sejuk.
Sejak dulu, tulisanku sudah biasa disalin, diproduksi ulang, dan disebar orang lain di grup dan tempat-tempat yang kadang aku sendiri tidak tahu. Aku tidak pernah ambil pusing soal itu.
Menulis bagiku adalah soal lain. Meminjam istilah Pram: bekerja untuk keabadian. Dan dalam konteks ini, bukan nama yang ingin kuabadikan," tambahnya.
• Kebijakannya Selalu Dikritik, Menteri Susi: Saya Heran Anggota DPR Ngurusin Permen 56
Mita kemudian mengaku tak pernah menjalin komunikasi dengan Afi.
Ia juga mengatakan bahwa Afi bisa saja khilaf hingga tak sengaja meng-copy tulisannya.
"Aku tidak pernah mengenal dan berkomunikasi dengan Afi Nihaya Faradisa sebelum ramai-ramai ini. Kalau Afi merasa terinspirasi oleh salah satu tulisanku, aku ikut merasa senang.
Afi anak yang cerdas, dan aku sudah sering melihat tulisannya bertebaran juga sebelum ini. Kalau ada kesalahan fatal yang Afi lakukan, itu adalah karena belakangan ini dia mulai berani menyentuh isu agama, sehingga mengundang gelombang pembenci baru yang siap mencari-cari dan menguliti semua kesalahannya yang lain.
Terkait tulisan yang ramai diperbincangkan, yang bisa kukatakan adalah, tulisan itu mungkin berangkat dari keprihatinan Afi terkait aksi Bom Kampung Melayu sebelumnya.
Tulisan itu ditayangkan Afi dalam niat untuk membela nama agamanya dari tuduhan terorisme dan kebencian. Dia merasa perlu segera menanggapi, dan mungkin berpikir bahwa tulisan itu adalah respons yang tepat.
Aku pernah salah. Kamu pernah salah. Kita semua pernah salah.
Jika usaha Afi kali ini dianggap kesalahan, aku mohon dimaafkan.
Mungkin kita yang terlalu membebaninya, sehingga Afi merasa memiliki tugas moral untuk terus menginspirasi pembacanya, terutama di waktu-waktu genting ketika justru yang lebih tua tak bisa diandalkan untuk menyejukkan keadaan. Afi merasa harus berbuat sesuatu, dan jika itu salah, mohon dimaafkan," kata dia.
Menanggapi hal ini, Afi yang hadir dalam wawancara bersama Bayu Sutiyono di Kompas TV mengelak tuduhan tersebut.