Tak Mau Kecolongan, Polda Jabar Bentuk 'Tim Khusus' Cegah Pesta Seks
Pihak Polda Jabar sudah mencurigai pergerakan kaum LGBT di provinsi tersebut selama beberapa waktu terakhir.
Penulis: Dhika Intan Nurrofi Atmaja
Editor: Tinwarotul Fatonah
TRIBUNWOW.COM - Minggu (21/5/2017) lalu, Polres Jakarta Utara menggerebek sebuah ruko di kawasan Kelapa Gading.
Ruko yang sekilas tampak digunakan untuk pusat kebugaraan tersebut ternyata menggelar pesta seks.
Tak tanggung-tanggung, saat digerebek, 141 orang berada di lokasi tersebut.
Mereka tengah asyik menggelar pesta seks hingga menyaksikan aksi penari telanjang.
Ini Bukti Pesta Homo Juga Sasar Pria-pria Belia
Berkaitan dengan kejadian heboh tersebut, Kepolisian Daerah Jawa Barat rupanya tak mau peristiwa yang sama terulang.
Untuk itu, Polda Jabar membentuk Satuan Tugas Khusus alias Satgasus untuk memantau aktivitas menyimpang kaum Lesbian Gay Biseksual dan Transgender (LGBT).
Mengutip pernyataan Kapolda Jabar Irjen Pol Anton Charliyan dari Tribunnews.com, Satgasus tersebut merupakan tim gabungan yang anggotanya terdiri dari polisi, TNI dan pihak pemerintah daerah.

"Satgasus LGBT ini gabungan berbagai unsur, termasuk dari unsur Intel, Narkoba, dan TNI," kata Anton di Mapolda Jawa Barat, Rabu (24/5/2017).
Dikatakan Anton, Satgasus tersebut bertugas memantau beberapa tempat hiburan hingga area publik.
"Selain tempat hiburan, sasarannya adalah mal, tempat fitnes, salon, atau rumah untuk kegiatan khusus," tambahnya.
Lebih lanjut, tindakan tegas yang diambil Polda Jabar ini ternyata tak cuma berkaitan dengan penggerebekan di Kelapa Gading.
Pasalnya, pihak Polda Jabar sudah mencurigai pergerakan kaum LGBT di provinsi tersebut selama beberapa waktu terakhir.
"Kami sedang menyoroti secara khusus di lapangan, maupun melalui teknologi. Pergerakan dapat kami lacak melalui handphone dan jaringannya," terang Anton.
4 Fakta Mengejutkan Hasil Olah TKP di Lokasi Pesta Homo, Nomor 3 Bikin Geleng Kepala
Lebih dari itu, Anton juga meminta masyarakat turut andil dalam perjuangan pihak kepolisian mengusut aktivitas yang meresahkan masyarakat itu.
"Kalau ada masyarakat yang mencurigai adanya pergerakan itu, segera laporkan kepada kami. Karena ini bukan hanya dilarang agama, namun juga norma dan etika," kata Anton.
Di sisi lain, Kepala Bidang Advokasi Hubungan Antarlembaga Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Barat, Umar Chalik, mengatakan hingga saat ini pihaknya belum menemukan indikasi aktivitas menyimpang seperti disebutkan di atas.
"Kita memang agak kesulitan memantau tamu-tamu yang datang, apakah LGBT atau bukan. Tapi yang jelas, selama ini belum ada kegiatan berbau LGBT yang terbuka dilaksanakan di hotel-hotel yang kami pantau," kata Umar.
Meski begitu, Umar mengatakan pihaknya akan terus memantau situasi di semua hotel dan restoran di Jabar yang tergabung dalam PHRI.
"Tugas kita adalah berikan imbauan, supaya bisa mendeteksi kegiatan-kegiatan menyimpang. Dan kita harus bisa lebih waspada. Agak sulit memang PHRI melakukan pengawasan dalam hal ini karena masih banyak hotel melati yang belum jadi anggota kita," ujarnya.
Pesta seks yang digerebek pihak kepolisian pada Minggu (21/5/2017) malam dilangsungkan di Atlantis Gym, Ruko Kokan Permata Blok B 15-16, Kelurahan Kelapa Gading Barat RT 15/03, Jakarta Utara.
Dari 141 orang yang diringkus pihak kepolisian, 10 diantaranya ditetapkan sebagai tersangka.
Pengakuan Pria Gay yang Dijatuhi Hukum Cambuk di Aceh, Saya Sangat Tertekan

Mereka adalah pihak-pihak yang menjalankan usaha pornografi, penari telanjang hingga gigolo.
"Semua masih dalam pemeriksaan," ujar Nasriadi.
Sedangkan sebagai barang bukti, seperti dikutip dari Tribunnews.com, polisi menyita beberapa barang meliputi kondom, tiket, rekaman kamera pengawas, foto kopi izin usaha, uang tip penari telanjang, kasur, iklan acara The Wild One, serta ponsel genggam. (TribunWow.com/Dhika Intan)