Astaga! Gara-gara Hal Ini, Video 'Jowo Cino' Karya De Britto Viral Lagi di Media Sosial
Film pendek berjudul Jowo Cino hasil karya dari anak-anak SMA Kolese de Britto Jogjakarta menjadi viral di media sosial.
Penulis: Natalia Bulan Retno Palupi
Editor: Maya Nirmala Tyas Lalita
TRIBUNWOW.COM - Film pendek berjudul Jowo Cino hasil karya dari anak-anak SMA Kolese de Britto Jogjakarta menjadi viral di media sosial.
Mengingat saat ini Indonesia sedang dalam kondisi yang sensitif dengan masalah agama dan ras, film pendek yang sudah diproduksi pada tahun 2010 kembali menjadi bahan perbincangan publik.
Gara-gara Lagu Ini 4 Stasiun TV Indonesia Kena Sanksi dari KPI
'Jowo Cino de Britto' ini film pendek yang de Britto yang sederhana namun jujur dan tampak dewasa. Film ini menceritakan mengenai tradisi mengejek ras Jawa dan Cina yang terjadi di SMA Kolese de Britto itu.
SMA Kolese de Britto Jogja memang dikenal sebagai sekolah khusus cowok di Jogjakarta yang dipenuhi siswa dari etnis Jawa dan Cina.
Film ini diproduksi oleh tim yang bernama Tholene de Britto, yang dalam Bahasa Indonesia artinya anak laki-lakinya de Britto.
AJI Indonesia Nilai Tindakan Mendagri Sebarkan Data Pribadi Adalah Pelanggaran Hak Privasi Seseorang
Film ini memang dibuat oleh para siswa sekolah itu.
Termasuk di antaranya Wrega Bhanuteja seorang alumnus de Britto, ia bertindak sebagai sutradara yang pernah memenangkan kompetisi film pendek di Semaine de la Critique atau Internasional Critics Week ke-55 di Cannes, Perancis dengan karyanya yang berjudul Prenjak (In the Year of the Monkey) pada tahun 2016.
Wregas memang menyukai film sejak remaja, memilih ekstra kurikuler itu di sekolah, hingga akhirnya kuliah di Sinematografi IKJ.
Tapi, ini tentang film ‘Jowo Cino de Britto’ yang rasanya relevan dibicarakan saat ini. Mengenai ejek-mengejek ras antarsiswa, tetapi tidak rasis, dan justru menjadikan mereka akrab.
Film ‘Jowo Cino de Britto’ sebuah film yang memotret pandangan anak-anak de Britto mengenai perbedaan etnis.
Sebagaimana kita tahu di de Britto, mayoritas siswanya berlatar etnis Jawa dan Cina.
Namun kultur sekolah membuat mereka bisa menikmati perbedaan etnis itu dengan enjoy.
Betapa anak-anak remaja itu bisa lebih terbuka dengan perbedaan, dan memiliki toleransi tinggi.