Jokowi Ajak Makan Para Pemimpin Serikat Buruh, Apa yang Akan Terjadi Pada Aksi 1 Mei Mendatang?
Presiden Jokowi menyempatkan waktunya untuk makan siang dan berbincang-bincang bersama pimpinan serikat buruh.
Penulis: Fachri Sakti Nugroho
Editor: Maya Nirmala Tyas Lalita
TRIBUNWOW.COM - Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) menyempatkan waktunya untuk makan siang dan berbincang-bincang bersama pimpinan serikat pekerja atau buruh, Kamis (27/4/2017).
Jokowi tampak didampingi oleh Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimulyo.
Sedangkan para tamu dari serikat buruh terhitung sejumlah 30 orang.
Giliran Menteri Susi yang Akan Kena Evaluasi Jokowi
Mereka antara lain adalah, Andi Gani Nena Wea dari Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI), Mudhofir dari Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI), Yorrys Raweyai (KSPSI), Ramidi dari Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Ristadi dari Konfederasi Serikat Pekerja Nasional (KSPN), Mirah Sumirat dari Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (Aspek Indonesia), Sudarto (RTMM), Bibit Gunawan dari Federasi Serikat Pekerja NIBA (FSP-NIBA), Muhamad Kusnadi Serikat Pekerja Jasa Marta (SP Jasa Marta), Syafriadi dari Serikat Pekerja KAI (SP KAI) dan lain-lain.
Begini Keluh Kesah Jokowi kepada Ahok, Isinya Mengagetkan!

Para peminpin buruh mengapresiasi kebijakan pemerintah yang menyediakan rusunami bagi para pekerja yang baru saja diresmikan Presiden.
Mereka juga mengapresiasi atas penguatan dialog sosial pemerintah, pengusaha dan buruh, masalah holdingisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), otomatisasi jalan tol dan perayaan hari buruh internasional (may day) yang jatuh pada tanggal 1 Mei setiap tahun.
"Mohon perhatian Bapak Presiden terkait masalah holdingisasi BUMN. Prinsipnya kami mendukung, tetapi mohon agar ada kepastian status, kepastian karir, jangan sampai turun gaji dan jangan ada PHK. Sosialisasi soal itu mohon juga didorong agar lebih intensif, sehingga tidak menimbulkan kekhawatiran pekerja,” kata Ketua Umum Serikat Pekerja Jasa Marga Muhamad Kusnadi, dikutip dari Tribunnews.com.
Namun, Kusnadi juga mengungkapkan, kekhawatirannya terkait otomatisasi jalan tol yang berkemungkinan berdampak pada PHK.
"Kami juga dukung cashless transaction dan otomatisasi jalan tol pak, tapi jangan sampai ada PHK. Para pekerja perlu diberi peningkatan kompetensi karena tolnya nanti sudah otomatis yang tentunya juga menuntut kompetensi yang lain,” imbuhnya.
Respon Jokowi
Jokowi memberikan tanggapan atas sejumlah masukan dari para pemimpin serikat buruh tersebut.
Terkait holdingisasi, Jokowi menuturkan, hal tersebut dilakukan untuk memperkuat BUMN dalam persaingan global.
Jokowi juga mempertimbangkan kepentingan pekerja agar tetap bisa bekerja dan berkarir.
"Itu masukan yang baik dan penting diperhatikan oleh BUMN-BUMN kita dalam rangka holdingisasi,” kata Presiden.
Soal otomatisasi jalan tol, Presiden menuturkan bahwa hal itu merupakan sebuah keharusan di era modern yang syarat akan perkembangan teknologi dan kompetisi.
"Di China, misalnya, kartu saja sudah mulai ndak dipakai karena transaksinya pakai handphone. Bayar pakai handphone dan langsung saldo di bank berkurang. Jadi semakin canggih ke depan. Kita tidak boleh ketinggalan dari negara lain," jelas Presiden, dikutip dari Tribunnews.com.
"Tapi betul bahwa otomatisasi jalan tol jangan sampai menimbulkan PHK, dan karena itu perlu ada solusi dari perusahaan untuk mengalihkan pekerja yang ada, termasuk membekali dengan kompetensi yang baru,” imbuhnya.
Selain memberikan masukan, para buruh juga berkomitmen untuk menjaga dialog sosial dengan pemerintah dan dunia usaha.
Para pemimpin buruh juga mengusulkan agar Presiden dapat menyempatkan diri hadir dan memberikan pidato di International Labour Conference (ILC).
ILC merupakan forum ketenagakerjaan internasional yang diselenggarakan oleh International Labour Organization (ILO).
Dalam forum tersebut, akan hadir para menteri tenaga kerja sedunia dan sejumlah kepala negara/kepala pemerintahan.
Soal aksi May Day, para pemimpin serikat pekerja mengaku akan membuat aksi damai dan berbeda dari sebelumnya.
"Kalau soal May Day besok kita semua komit berjalan tertib dan aman pak. Kami sudah saling berkomunikasi dengan sesama pimpinan buruh, kami akan buat beda. Orang kan takut kalau Andi Gani sudah turun ke jalan, aksi May Day, tapi kali ini akan kami buat beda. Kami akan selenggarakan parade kebudayaan. Ada marching band di jalan-jalan, sampai ke Istana. Ada juga pencak silat dan lain-lain,” ujar Andi Gani Nena Wea.
May Day Damai
Hal senada juga diharapkan oleh Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri.
Ia meminta kepada para buruh untuk mengisi peringatan Hari Buruh Internasional yang jatuh tiap 1 Mei dengan penuh kegembiraan, serta kegiatan positif dan rekreatif.
“Isilah dengan penuh kegembiraan. Karena may day is holiday,” kata Menteri Hanif, Kamis (27/4/2017), dikutip dari Tribunnews.com.
Menteri yang merupakan mantan aktivis ini menginginkan May Day menjadi sebuah festival kebudayaan dan menepis anggapan negatif aksi buruh.
“Bukan berarti pemerintah alergi dengan demonstrasi. Namun pertimbangkan efektifitasnya,” ungkap Menaker.
"Dengan mengisi kegiatan positif dan rekratif, peringatan May Day akan meningkatkan reputasi dari gerakan buruh,” tambah Menaker.
Menaker juga menegaskan, di era keterbukaan ini tuntutan bisa disampaiakan kapan saja, tak harus pada 1 Mei.
Diketahui sebelumnya, pada 11 April lalu, Menaker telah mengirimkan surat kepada kepala daerah melalui surat nomor B.122/M.NAKER/PHIJSK-KKHI/IV/2017.
Surat tersebut berisi imbauan agar pelaksanaan kegiatan May Day tahun 2017 tetap kondusif dan berlangsung dengan suasana kekeluargaan, aman, dan harmonis. (TribunWow.com/Fachri Sakti Nugroho)