Mbah Satuni: Mudah-mudahan, Anakku Meninggal Lebih Dulu
Siapa yang tak terenyuh mendengar ungkapan penderitaan janda berumur 79 tahun ini. Tinggal di gubuk reyot dengan beban tambahan dua anak yang lumpuh.
Editor: Mohamad Yoenus
Baca: Syarat Punya Tabungan Rp 25 Juta untuk Buat Paspor, Ini Penjelasannya
Ketika masih kuat, Mbah Satuni mencari nafkah dengan menjadi tukang pijat, "Sakniki pun boten kuat tenagane. (Sekarang tenaganya sudah tidak kuat)," keluh Mbah Satuni.
Kini untuk biaya hidup sehari-hari, Mbah Satuni beserta dua anaknya yang lumpuh dan buta hanya mengandalkan belas kasih para tetangga.
Kondisi keluarga Mbah Satuni, menurut Ali Rahmadin, tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Gajah, Demak, kondisinya memang memprihatinkan.
Dia bersama teman-teman dari Program Keluarga Harapan (PKH) mendapati kondisi Mbah Satuni seperti itu, setelah melakukan penyisiran untuk melihat kondisi di lapangan terkait permasalahan sosial.
"Ketika ada permasalahan sosial, kita langsung melakukan penanganan," kata Ali seusai menemui keluarga Mbah Satuni.
Untuk membantu kehidupan ekonominya, Mbah Satuni telah diusulkan untuk mendapatkan PKH lansia.
"Alhamdulillah, pada tahun 2017 ini Mbah Satuni telah masuk PKH, dananya juga sudah diterimanya," ujarnya.
Sedangkan untuk bedah rumah Mbah Satuni, telah diusulkan ke Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang yang sedang menangani Program Desa Sejahtera Mandiri (DSM) yang digagas oleh Kemensos.
"Ada bantuan untuk program Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu). Semoga rumah Mbah Satuni ini bisa segera diperbaiki. Untuk anaknya, Sunardi, rencananya akan kita bawa ke Rumah Sakit Jiwa," katanya.(Kompas.com/Kontributor Demak, Ari Widodo)