Opini
Lagu Bagimu Negeri yang Mendadak Musyrik Setelah 75 Tahun
"Saya dan teman-teman menolak lagu Bagimu Negeri," katanya saat berbicara di satu podium di Jakarta, beberapa hari lalu.
Editor: Mohamad Yoenus
Adalah kalimat yang memiliki makna sebenarnya dan karena itu jadi musyrik.
Pertanyaannya, apakah kalimat ini harfiah? Atau sebaliknya, merupakan metafora? Sebenarnya tidak kedua-duanya.
Kusbini barangkali memang memaksudkannya sebagai metafora. 'Jiwa' dan 'raga' untuk 'negeri' adalah perwujudan dari rasa cinta tanah air.
Akan tetapi dalam praktiknya metafora ini justru bergeser jadi harfiah.
Jutaan orang yang gugur di era perang pra kemerdekaan maupun pascakemerdekaan, adalah bukti tak terbantahkan dari pengejawantahan kalimat tadi.
Apakah menurut Taufik jutaan orang yang gugur demi kemerdekaan bangsa ini merupakan orang-orang yang terjerumus ke dalam kemusyrikan?
Taufik pernah menulis dalam puisinya bahwa dia malu menjadi orang Indonesia. Apakah bisa disimpulkan bahwa dia tidak nasionalis?
Apakah dia benar-benar malu menjadi orang Indonesia? Tentu saja tidak, karena puisi ini dimaksudkannya untuk menyindir berbagai silang sengkarut dan kecentangprenangan negeri ini di era kepemimpinan Soeharto.
Puisi Muak dan Bosan juga menyuarakan protes serupa. Kini negeri ini berubah jadi negeri copet, maling dan rampok/bandit, makelar, pemeras, pencoleng, dan penipu/politik ideologi dan kekuasaan disembah sebagai Tuhan/Ketika dominasi materi menggantikan Tuhan.
Sejak menulis puisi-puisi dalam kumpulan Tirani di tahun 1965-1966, ideologi politik Taufik Ismail pada dasarnya terang belaka.
Politik "kanan", nasionalisme "kanan" yang cenderung lebih dekat dengan kalangan agama dan sangat membenci komunis. Taufik Ismail adalah pembenci PKI nomor wahid di Indonesia.
Sikap ini sah belaka dan sudah lama dimaklumi pula. Tidak ada masalah. Semua orang sudah tahu siapa Taufik Ismail dan seperti apa ideologi politik yang dia mainkan di balik kerja-kerja sastra yang dilakukannya.
Sekali lagi tak ada masalah. Sampai kemudian Taufik yang sudah agak lama tidak muncul di depan publik tiba-tiba saja menggugat lagu Bagimu Negeri.
Menganggapnya sebagai lagu yang menyekutukan Tuhan dan lantaran itu menyebutnya sesat.
Taufik Ismail tahun ini akan berusia 82. Lebih tua tujuh tahun dibanding lagu Bagimu Negeri. Usia yang bukan lagi muda. Tentu saja saya tidak ingin bilang bahwa pertambahan usia yang semakin larut senja ikut mempengaruhi perubahan ideologi politik dan pola pikir dan nalarnya.