Terkini Nasional
Kereta Cepat JKT-SBY Berpotensi Matikan Bandara, Ahli: Kembangkan Juga Transportasi di Luar Jawa
Pengamat transportasi menilai pembangunan kereta cepat Jakarta Surabaya bukan hal mendesak.
Penulis: Magang TribunWow
Editor: Yonatan Krisna
TRIBUNWOW.COM - Pengamat transportasi dari Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang Djoko Setijowarno menilai pembangunan kereta cepat Jakarta Surabaya bukan hal mendesak.
Ia menyebut jika wilayah Jakarta sampai Surabaya sudah terkoneksi beragam moda transportasi.
“Bagaimana kalau sampai Surabaya? Nah, ini jadi persoalan."
"Jawa itu enggak butuh kereta cepat karena sudah terkoneksi, jalan tol ada, bandara sudah terbangun,” kata Djoko Setijowarno pada Selasa (28/10/2025), dilansir oleh Kompas.com.
Dirinya justru menyebut proyek kererta cepat Jakarta Surabaya akan mengancam transportasi lain yang sudah berkembang.
“Kalau Whoosh dibangun sampai di Surabaya, ada yang dimatikan."
"Pesawat mati, padahal bandaranya sudah investasi dan sudah terbangun,” imbunya.
Alih-alih memlanjutkan proyek kereta cepat hingga ke Surabaya, ia menyarankan agar pemerintah fokus meningkatkan kereta konvensional milik PT Kereta Api Indonesia (KAI).
“Sudahlah, kereta yang ada sekarang ditingkatkan lagi kecepatannya dengan perbaikan geometrik."
"Nah, kemarin ini dari kecepatan 90 km/jam jadi 120 km/jam, ke 160 masih bisa,”
Misalnya Djoko Setijowarno memberi contoh di China yang turut mengoptimalisasi jalur konvensional di samping juga membangun kereta cepat.
“Di China, kereta cepat dibangun tapi kereta konvensional dialihkan untuk angkutan barang, jadi tidak ada yang mubazir,” tegasnya.
Baca juga: Prabowo Wajibkan Pejabat Negara Pakai Mobil Maung, Menkeu Purbaya: Anggaran Pengadaan Sudah Siap
Soroti Ketimpangan di Luar Jawa
Ia juga menyoroti soal ketimpangan moda transportasi yang ada di Jawa dan di luar Jawa.
Menurutnya kini pemerintah tidak adil dalam menganggarkan dana untuk infrastruktur transportasi.
“Pendanaan dari anggaran negara tidak adil bagi wilayah di luar Jawa yang juga membutuhkan infrastruktur transportasi."
"Misalnya Aceh dan wilayah selatan Indonesia belum punya sistem kereta yang memadai,” terangnya.
Dirinya menuturkan bahwa yang dibutuhkan di Pulau Jawa bukan kereta cepat, melainkan transportasi perkotaan dan perdesaan yang terintegrasi.
KPK Selidiki Proyek Whoosh
Di tengah kemelut kereta cepat, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan penyelidikan terhadap dugaan mark up anggaran pada proyek kereta cepat Jakarta Bandung atau Whoosh.
Diketahui saat ini sudah dimulai tahap penyelidikan oleh KPK.
Hal ini diungkapkan langsung oleh Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Penindakan dan Eksekusi KPK Asep Guntur Rahayu, Senin (27/10/2025), dikutip dari Kompas.com.
Sebelum pihak KPK mengungkap tengah melakukan penyelidikan, eks Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD sempat menuturkan adanya dugaan mark up di proyek Whoosh melalui kanal YouTube pribadinya.
Mahfud MD menyebut bahwa biaya pembangunan per kilometer kereta Whoosh di Indonesia mencapai 52 juta dollar AS.
Padahal, menurut perhitungan dari China hanya dibutuhkan sekitar 17-18 dollar AS.
“Naik tiga kali lipat, ini siapa yang menaikkan? Uangnya ke mana?"
“Harus diteliti siapa yang dulu melakukan ini," kata Mahfud MD pada Selasa (14/10/2025), dilansir oleh YouTube Mahfud MD Official.
(TribunWow.com/Peserta Magang dari Universitas Airlangga/Afifah Alfina)
 
							 
                 
												      	 
											 
											