Gubernur Akpol Bangun Integritas Kepolisian dengan Belajar dari Filsafat Kamera
Irjen Pol Midi Siswoko SIK mengajak para Perwira Siswa (Pasis) Akpol untuk mengembalikan citra dan kepercayaan publik terhadap Kepolisian.
Editor: Elfan Fajar Nugroho
Menutup pembekalannya, Irjen Pol Midi Siswoko menekankan saat ini setiap orang adalah jurnalis, setiap ponsel adalah kamera, dan setiap tindakan polisi adalah berita. “Karena itu, jadilah perwira yang paham cara bekerja cahaya! Jangan bersembunyi dari kamera, tapi pastikan kamera mana pun menangkap karakter dan ketulusan kalian,” tegasnya.
Polri, tandasnya, harus fokus pada tugas, jujur dalam cahaya, dan konsisten membangun kepercayaan publik. “Dan pada akhirnya, seperti dalam setiap karya fotografi yang baik, yang membuat gambar indah bukan alatnya, melainkan mata dan hati yang memotret,” pungkas Irjen Pol Midi Siswoko.
Jaga Ruh Tri Brata dan Catur Prasetya
Putut membuka paparannya dengan menggunakan kata-kata bijak tentang kebenaran yang diibaratkan seperti singa yang tidak perlu dibela. Kebenaran akan membela dirinya sendiri. Dalam konteks tersebut, kebenaran akan mewujudkan kepercayaan, kepercayaan akan menghasilkan citra dan berujung pada apresiasi masyarakat terhadap polisi. Dan itu semua, perlu dikomunikasikan.
Seragam, asesories, simbol kepolisian, perilaku aparat, wewenang & kekuasaan, kepastian & penegakan hukum, kinerja polisi serta komitmen dan slogan, menurut Putut, merupakan faktor penentu darimana kepercayaan itu berasal. “Namun hati-hati seragam, perilaku aparat dan lain-lainnya itu merupakan kekuatan tetapi sekaligus sumber masalah,” katanya.
Kebenaran yang menjadi center of gravity (pusat kekuatan) Polri terdapat dalam Tri Brata nomer 2 (dua), dan di dalam Catur Prasetya nomer 3 (tiga) perlu diketahui masyarakat. Yakni, “Menjunjung tinggi kebenaran, keadilan, dan kemanusiaan dalam menegakkan hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945“, dan ’Menjamin kepastian berdasarkan hukum“.
Melihat dinamika kepercayaan masyarakat terhadap Polri, menurut Putut Prabantoro, intitusi penegak hukum ini perlu melakukan Redefining dalam manajemen media mengingat pada saat ini komunikasi tidaklah mudah karena begitu banyak kanal yang digunakan. Selain itu, kesulitan komunikasi bertambah karena masing-masing kanal memiliki generasi sendiri dan memerlukan cara komunikasi, konten dan konteks yang berbeda dalam penyajiannya.
”Yang paling penting apapun bentuknya, sebuah media memerlukan reader, follower, subscriber. Sebaik apapun sebuah tulisan ataupun video jika tidak dibaca atau dilihat dan tidak memiliki dampak, tidak ada gunanya. Reader, follower dan subscriber adalah netizen cerdas yang mampu menghadirkan informasi sesuai kebutuhannya. Netizen ini yang menentukan bahwa sebuah informasi adalah sampah atau tidak berdasarkan persepsi, interpretasi dan perspektifnya,” ujarnya.
Dijelaskan lebih lanjut, seberapa banyak follower atau subscriber ditentukan oleh konten yang dibungkus dalam isu. Yang tidak boleh dilupakan, kehebatan & kekuatan konten, isu dan opini publik membutuhkan teknologi untuk men-delivery pesan kepada netizen.
Persepsi dan perspektif netizen dapat menjadikan komen sebuah konten terlepas dari konteks. Sehingga jangan heran jika sebuah komen terlepas dari konten dan konteks sebuah informasi. Pada akhirnya yang terjadi adalah, jempol ( komen netizen) lebih tajam daripada guillotine.
Terkait bagaimana sebuah berita menjadi trending topic, Putut melihat hal itu dipengaruhi oleh isu yang diangkat. Berita boleh sama, yang membedakan adalah isu dan bentuk penyajian yang oleh Putut disebut dengan istilah bahasa. Sedangkan isu akan dikemas dengan judul yang memancing persepsi dan interpretasi dari perspektif orang yang melihat atau membacanya.
“Polri memiliki semuanya, SDM, jaringan, teknologi, hingga finansial. Itu semua modal untuk membuat konten sesuai konteks, dan terakhir dikomunikasikan lewat medsos yang ada seperti Youtube, Facebook, Instagram, TikTok, Podcast, dan sebagainya, semuanya untuk menciptakan tone positif Polri,” tutup Putut Prabantoro. (*)
| BGN Buka Suara Soal Kepemilikan 41 Dapur MBG, Nanik: Dulu Belum Banyak yang Minat Jadi Pemilik |
|
|---|
| Kronologi Temuan Mobil Tanpa Sopir yang Bawa 75 Ribu Pil Ekstasi dan Lencana Polri di Tol Lampung |
|
|---|
| Kunci Jawaban Dasar-Dasar Desain Komunikasi Visual SMK/MAK Kelas 10 Semester 1, Bab 5 Halaman 130 |
|
|---|
| Prakiraan Cuaca Jakarta Besok Sabtu, 22 November di 6 Wilayah: Hujan Merata se-Kota Metropolitan |
|
|---|
| Kunci Jawaban Antropologi Kelas 12 SMA/MA Uji Kompetensi Bab 5 Kurikulum Merdeka Halaman 174 |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/wow/foto/bank/originals/Foto-bersama-usai-Acara-Pembekalan-Penulisan-Manuskrip.jpg)