Makan Bergizi Gratis
Protes MBG di Yogyakarta: Sri Sultan Beri Saran sampai Ibu-ibu Pukul Panci sebagai Bentuk Aksi Damai
Berikut imbuan Sri Sultan Hamengku Buwono X soal kasus keracunan akibat Makan Bergizi Gratis (MBG).
Penulis: Magang TribunWow
Editor: Yonatan Krisna
TRIBUNWOW.COM - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X, mengimbau agar kasus keracunan akibat Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak terulang lagi.
Dirinya menekankan pada pentingnya cara memasak, waktu, hingga kapasitas penyedia katering.
Hal ini bertujuan agar makanan tetap aman dikonsumsi.
“Sebetulnya nggak rumit mencari kenapa keracunan tidak perlu mengundang orang kimia."
"Masaknya jam setengah dua pagi, dimakan jam delapan atau jam sepuluh saja sudah mesti wayu (basi), udah."
"Itu airnya, di sendok begini sudah mulur itu, udah itu pasti."
"Ya, kan? Saya itu di rumah juga sering masak, jadi tahu,” kata Sri Sultan pada Jumat (26/9/2025) dikutip dari website Pemda Jogja.
Baca juga: Usulan Berbagai Pihak soal Kasus Keracunan MBG, Mensesneg: Yang Terbaik untuk Saat Ini Dikerjakan
Misalnya ia mencontohkan jika sayur harusnya dimasak paling belakang.
Sementara makanan yang digoreng dapat didahulukan untuk dimasak karena punya waktu simpan yang lebih panjang.
Memasak daging juga perlu diperhatikan agar masak dengan sempurna dan tidak berpotensi menimbulkan keracunan.
Sri Sultan Hamengku Buwono X juga menyebut jika perlu ada pengawasan yang ketat, serta perbaikan pola manajemen pengolahan pangan.
Pemilihan bahan makanan yang bagus juga krusial, di samping juga memerhatikan kebersihan alat masak.
Dalam hal ini, penyesuaian dapur dengan porsi juga perlu diperhatikan.
“Dilihat kapasitas berapa dia setiap hari membuat paket, ya."
"Kalau paketnya itu hanya 50 porsi, disuruh 100 porsi enggak bisa itu,” tegas Sultan.
Ibu-ibu di Yogyakarta Pukul Panci, Simbol Perlawanan Kasus Keracunan MBG

Baca juga: Jabar Sudah Siapkan Rp 1 Triliun untuk MBG, Bey Machmudin Serahkan Penggunaan ke Dedi Mulyadi
Sejumlah perempuan melakukan aksi damai untuk mengkritik MBG dengan membawa alat masak seperti panci dan memukulnya.
Aksi ini digelar di sisi timur Bundaran Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta pada Jumat (26/9/2025), dilansir dari Kompastv.
"Simbol bahwa urusan pemenuhan gizi anak yang selama ini itu sudah diberikan oleh keluarga dan semuanya baik-baik saja, karena program prioritas MBG itu diambil alih oleh negara dengan semena-mena, dengan cara yang sentralistik," ungkap salah satu inisiator aksi, Kalis Mardiasih, pada Jumat (26/9/2025).
Ia menilai jika MBG tidak perlu diperbaiki sembari program dijalankan.
Melainkan perlu dievaluasi total dan dihentikan.
Diketahui, aksi ini juga merupakan buntut dari maraknya kasus keracunan karena MBG.
(TribunWow.com/Peserta Magang dari Universitas Airlangga/Afifah Alfina)
Baca Berita Selanjutnya di Google News