Terkini Nasional

'Kopi Curhat Pak Bhabin': Rela Keluarkan Gaji demi Selamatkan Generasi Muda & Responsif Tolong Warga

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Potret Bhabinkamtibmas Jeron dan Ketitang Polsek Nogosari, Boyolali, Brigadir Agus Kurniawan saat menyajikan kopi untuk masyarakat pada event yang bertajuk 'Kopi Curhat Pak Bhabin'.

Menurut Agus, sasaran awal dari 'Kopi Curhat Pak Bhabin' mencakup para pelanggar lalu lintas dan anak-anak tongkrongan yang memiliki potensi berbuat aksi kriminal.

Menilik data yang dirilis pusiknas.polri.go.id, sejak 1 Januari hingga 20 Februari 2025 lalu, ada 460 anak terlapor kasus penganiayaan dan pengeroyokan.

Sedangkan 349 anak ditindak sebagai terlapor dalam kasus narkoba dan 7 dalam kasus perkelahian pelajar dan mahasiswa.

Data itu menunjukkan, kasus kenakalan remaja bisa berbahaya dan merusak generasi muda Indonesia.

Melihat fenomena itu, Agus tergerak untuk semakin giat membuat konten edukasi.

Konsep door to door dan event 'Kopi Curhat Pak Bhabin' dengan skala besar jadi jurus jitunya menarik simpati masyarakat.

Awalnya, kegiatan event Kopi Curhat Pak Bhabin dihadiri 10 sampai 20 orang.

Jumlah itu naik drastis mencapai 1.500 sampai 2.000 peserta seiring semakin disukainya konten 'Kopi Curhat Pak Bhabin'.

Potret Bhabinkamtibmas Jeron dan Ketitang Polsek Nogosari, Boyolali, Brigadir Agus Kurniawan saat memberikan himbauan kepada masyarakat terutama para remaja. (Instagram @kopi_curhat_pakbhabin)

Selain itu, faktor cuaca juga jadi kendala lainnya.

"Ada dua versi ngopi yaitu door to door dan event yang agak besar dengan broadcast di instagram. Pada event itu disediakan kopi dan snak serta tanya jawab dengan pak bhabin sambil mendengarkan himbauannya. Awalnya yang datang 10-20 orang, lama kelamaan mencapai 1.500 sampai 2.000. Akhirnya putuskan untuk fokus door to door dulu."

"Punya pengalaman, siang sudah selesai, pas mau berangkat sore harinya tiba-tiba hujan deras. Akhirnya vakum untuk event besar," ujarnya.

Meski meraup penghasilan dari kontennya, tak lantas membuat Agus lupa.

"Dilakukan dadakan yang penting bawa uang, konsep muncul ketika bertemu anak-anak. Uang hasil dari konten dikembalikan ke masyarakat seperti membelikan helm, makan, minum dan yang lainnya."

"Sebelum ada penghasilan dari sosmed, modal dari gaji untuk belanja," ungkapnya.

Sempat ditentang istri, dorongan masyarakat yang menyukai kontennya membuat Agus semakin bersemangat.

Halaman
1234