Terkini Daerah

Visualisasi Kisah Sengsara Yesus di Purbowardayan: Antara Pengorbanan Tanpa Syarat & Korban Politik

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

VISUALISASI KISAH YESUS - Momen penyaliban Yesus dalam Visualisasi Kisah Sengsara Yesus di Gereja Katolik Santa Perawan Maria Regina Purbowardayan, Surakarta, Jawa Tengah Jumat, 18 April 2025.

Pemuka Agama Yahudi yang semula menjadi panutan dan selalu menjadi role model bangsa Yahudi seketika hilang karena kehadiran Yesus.

Apalagi Yesus mengajarkan agama dengan cara yang berbeda dan disertai dengan mukjizat seperti menyembuhkan orang sakit, mengusir orang yang kerasukan setan atau iblis hingga menghidupkan orang yang mati.

Kehadiran Yesus juga dianggap sebagai ancaman karena dikhawatirkan menimbulkan revolusi.

Apalagi, di masa Yesus, bangsa Yahudi tengah dijajah oleh Romawi.

Alhasil, pemuka agama Yahudi mengatur segala rencana dan siasat agar bisa membunuh Yesus.

Momen itu akhirnya datang sebelum perayaan Paskah Yahudi.

“Peristiwa salib Yesus itu bisa dimaknai dari dua sisi, pertama dari segi politis. Kehadiran Yesus di Masyarakat Yahudi, terutama Yerusalem, menyedot perhatian banyak orang karena cara mengajarnya yang berbeda dan dibuat penyembuhan orang sakit, pengusiran roh jahat dan puncaknya menghidupkan Lazarus,” terang Romo Supri.

“Hal ini yang kemudian dikhawatirkan oleh para tokoh Agama Yahudi dan elite Yerusalem. Mereka khawatir, jangan-jangan terjadi revolusi dan dimata mereka Yesus adalah sosok yang membahayakan,” sambungnya.

Bermula ketika Yesus dijual oleh rasulnya sendiri, Yudas Iskariot dan ditangkap oleh pasukan Bait Allah hingga digiring ke Pilatus, yang kala itu menjabat sebagai gubernur Romawi.

Pilatus semula ingin membebaskan Yesus karena merasa tak menemukan kesalahan apapun pada diri orang Nazaret itu.

Namun, karena desakan orang-orang Yahudi, Pilatus akhirnya menjatuhi hukuman mati untuk Yesus.

Apalagi orang Yahudi kala itu menghasut Pilatus dan mengejeknya bukan sahabat Kaisar jika membebaskan Yesus.

Pilatus juga mencuci tangannya setelah memvonis Yesus karena merasa tak bertanggung jawab atas kematiannya.

“Maka, secara politis, terjadilah persekongkolan politik antara tokoh Agama Yahudi dan elite politik Yerusalem yang diwakili imam Kayafas, Pontius Pilatus dan Raja Herodes. Mereka bersepakat agar Yesus harus disingkirkan,” ucap Romo Supri.

“Maka terjadilah peradilan sesat yang telah direkayasa dan Keputusannya adalah Yesus harus dihukum mati dengan tuduhan telah menyesatkan orang dan menghujat Allah. Pontius Pilatus mengatakan lebih baik satu orang mati daripada semua bangsa mengalami penderitaan.”

“Akan tetapi, apa yang disampaikan dan diputuskan oleh Pontius Pilatus sendiri justru dijadikan Allah untuk menyampaikan nubuatnya dengan mengatakan lebih baik satu orang dikorbankan untuk menyelamatkan banyak orang,” lanjutnya.

Oleh karenanya, dari sisi Teologis, kematian Yesus dipercaya sebagai rencana Tuhan untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa. (TribunWow.com/Yonatan Krisna Halman Tri Santosa)