BRI

Perjalanan Sate Kere Yu Tari, Rezeki Semakin Mengalir Selama Jadi UMKM Binaan BRI

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PERJALANAN UMKM - Hanafi dan istrinya sedang meladeni pelanggan Sate Kere Yu Tari di Pasar Takjil Ramadan, pada Jumat (21/3/2025).

TRIBUNWOW.COM - Setelah azan Subuh berkumandang, Hanafi (35) langsung bertolak ke pasar untuk mencari bahan-bahan yang dibutuhkan membuat makanan khas Solo yaitu Sate Kere Yu Tari.

Sate Kere berbahan utama jeroan sapi seperti babat, iso, kikil, usus, hati dan tempe gembus yang dibakar lalu disiram dengan bumbu kacang.

Karena sudah memiliki langganan di pasar, Hanafi tinggal mengambil bahan-bahan sudah dipesan melalui pesan singkat.

“Kalau kulak di pasar sudah langganan, seperti jeroan ini sudah ada langganan tinggal chat nanti diantar ke rumah,” kata Hanafi saat diwawancara TribunWow.com, pada Sabtu (22/3/2025).

Selanjutnya, Hanafi mulai membuat bumbu, memotong sate, hingga lontong untuk dijual.

Hanafi mempunyai resep khusus agar dagangannya memikat lidah pembeli.

Apalagi sate kere buatan Hanafi terbuat dari sapi yang memiliki aroma khas hewan ternak.

"Proses membuat sate kere itu panjang, tidak semua penjual bisa dan bertahan," ujar Hanafi.

"Contohnya membuat sate sapi, kita tahu caranya agar bisa enak dan menghilangkan aroma prengus," jelasnya.

Hanafi hanya dibantu istrinya dan kerabatnya dalam memproduksi sate kere menggunakan alat-alat tradisional, termasuk memakai tungku.

Setelah semua bahan siap, Hanafi membakar sate kere setengah matang terlebih dahulu untuk dibawa ke warung.

“Lalu setelah semua siap tinggal dibawa ke warung terus sate dibikin setengah matang dulu,” ujar Hanafi.

Karena Sate Kere Yu Tari disajikan dalam keadaan hangat, Hanafi baru membakar untuk kedua kalinya ketika pembeli datang.

Harga satu porsi Sate Kere yang terdiri dari sembilan tusuk sate dan satu lontong hanya Rp 25 ribu.

Pendapatan Hanafi selama berjualan Sate Kere Yu Tari biasanya mencapai Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta per hari.

Berkat penjualan yang terus meningkat, Sate Kere Yu Tari bisa membuka tiga warung di lokasi yang berbeda di Kota Solo.

“Kalau harian pendapatan sate tergantung kondisi, biasanya Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta setiap hari,” ucap Hanafi.

Hanafi sedang mempersiapkan untuk berjualan Sate Kere Yu Tari yang berlokasi di Pasar Takjil Ramadan, di halaman parkir Gedung Wanita Solo. (TribunWow.com/Khistian Tauqid Ramadhaniswara)

KUR BRI Membuka Jalan Sate Kere

Namun, perjuangan Hanafi mengembangkan Sate Kere Yu Tari tentu tidaklah mudah dan sebentar.

Hanafi pernah terdampak pandemi Covid-19 yang masuk ke Indonesia pada tahun 2020 ketika masih menjadi koki di suatu restoran.

Pria asli Solo itu akhirnya memutuskan untuk angkat kaki dari restoran, lalu memilih untuk melanjutkan tradisi keluarganya berjualan sate kere sejak 1985.

“Sampai sekarang saya penerusnya jadi generasi kedua, ibu masih jualan tapi di car free day setiap Minggu saja,” ucap Hanafi.

“Saya dulu kerja di restoran, pas pandemi Covid-19 saya resign, tepatnya 2021 saya membantu sate ini sampai sekarang,” tambahnya.

Karena sejak kecil sudah sering membantu orang tua berjualan sate kere, Hanafi berani membuka sendiri warung Sate Kere Yu Tari.

Kendati demikian, Hanafi tidak memiliki modal banyak termasuk menyewa lapak yang digunakan berjualan sate kere.

Mahalnya penyewaan tempat untuk berjualan menjadi kendala pertama yang dihadapi Hanafi.

Oleh karena itu, Hanafi dan istrinya memilih mengandalkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari Bank Republik Indonesia (BRI).

Hanafi mendapatkan rekomendasi serta mencari informasi KUR BRI dari rekan-rekannya yang sudah lebih dulu menjadi debitur.

“Pertama kali KUR BRI itu pinjam Rp 25 juta tambahan modal, sempat ikut event biayanya tidak sedikit, tapi sekarang sudah lancar,” ujar Hanafi.

“Sudah lama jadi nasabah BRI, banyak rekan-rekan di sana juga jadi lebih mudah,” tambahnya.

Agar bisa mengembangkan bisnisnya, Hanafi juga menerapkan strategi dalam penjualan Sate Kere Yu Tari.

Apalagi sekarang banyak penjual sate kere lainnya yang mulai bertebaran di Kota Solo menjadi pesaing Sate Kere Yu Tari.

Sate Kere Yu Tari akhirnya memilih ikut menjadi Usaha Mikro Kecil dan Menengan (UMKM) binaan dari BRI agar lebih mudah mengikuti event-event kuliner di Kota Solo.

Pendapatkan Sate Kere Yu Tari selama mengikuti event kuliner bisa meningkat tiga kali lipat dari biasanya, termasuk acara yang diselenggarakan BRI.

Keuntungan lain juga didapatkan Hanafi selama menjadi UMKM binaan BRI, satu di antaranya adalah mendapatkan pelanggan baru.

“Di sini keuntungannya saya dapat pelanggan baru yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu rasa Sate Yu Tari, kadang minta nomor untuk dipesan,” kata Hanafi.

Hanafi pun berharap event-event kuliner di Kota Solo bisa merangkul semua kalangan UMKM dan tidak terlalu membebankan harga sewa pada penjual.

 “Buat pengusaha yang menggelar event-event kuliner, saya berharap harga sewanya terjangkau, kasihan kalau warung yang kecil-kecil disuruh bayar mahal,” tutup dia.

Sate Kere Yu Tari biasa buka di Shelter Makanan Soepomo dan Jalan Honggowongso, Kota Solo setiap hari.

MANFAAT PENGGUNAAN QRIS BRI - Pemilik Sate Kere Yu Tari, Hanafi, sedang membakar sate kere yang hendak disajikan pada pembeli di Pasar Takjil Ramadan, Kota Solo, pada Sabtu (22/3/2025). (TribunWow.com/Khistian Tauqid Ramadhaniswara)

KUR Diserap Baik oleh UMKM

Pengamat ekonomi sekaligus Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Semarang, Fredianaika Istanti, menjelaskan bahwa KUR bisa memberikan dampak positif pada UMKM.

Mulai dari meningkatkan pendapatan, memperluas pasar, dan moderenisasi operasional yang dapat membantu pelaku UMKM naik kelas.

Kendati demikian, ada beberap faktor yang harus diperhatikan pelaku UMKM agar menyerap KUR dengan optimal.

Fredianaika memberikan saran pada pelaku UMKM agar membuat perencanaan keuangan dengan baik, sehingga dana KUR bisa dialokasikan sesuai dengan kebutuhan usaha.

“Seperti membuat arus kas setiap hari dan pembuatan laba rugi setiap bulannya sehingga bisa diketahui dana yang terserap dan perkembangannya,” ungkap Fredianaika ketika diwawancara TribunWow.com.

BRI Dukung Lewat KUR

Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari, mengakui BRI berkomitmen mengimplementasikan Asta Cita yang diinginkan Presiden Prabowo.

Terutama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penyaluran KUR yang mampu memperluas akses permodalan bagi pelaku UMKM.

Tercatat penyaluran KUR BRI bisa mencapai Rp 255,8 triliun dengan total 4,57 debitur pada tahun 2023.

Sedangkan di tahun 2024, penyaluran KUR BRI bisa mencapai Rp 175,66 triliun kepada 3,7 debitur melebihi target yang dialokasikan sebesar Rp 165 triliun.

Selama 10 tahun terakhir dihitung sejak 2015 hingga Februari 2025, penyaluran KUR BRI telah mencapai Rp 1.285 triliun pada 43,33 juta penerima.

“Melalui KUR kami tidak hanya menyediakan pembiayaan, tetapi juga memberdayakan UMKM agar mampu tumbuh lebih berkelanjutan,” ujar Supari melalui ketarangan resminya pada Februari 2025.

Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani, mengacungi jempol peran BRI dalam mendukung perkembangan UMKM.

Contoh bukti nyatanya adalah hapus utang dan hapus tagih yang banyak dilakukan BRI sebagai keberpihakan pada UMKM.

Demi mendukung Asta Cita, BRI berani menempatkan UMKM sebagai pilar utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

“Penguatan kesehjateraan yang dilakukan oleh BRI  dengan fokus pada UMKM bahkan di pedesaan sangat kami hargai karena ini akan bersatu bersinergi dengan  upaya Pemerintah,” kata Sri Mulyani dalam keterangan resminya pada awal Januari 2025.

(TribunWow.com/Khistian Tauqid Ramadhaniswara)