"Pohon ini akan dirawat oleh dahan dan ranting kebhinnekaan. Ia akan menghasilkan buah dan bungan persatuan, kesejahteraan, kemajuan, serta ketahanan bangsa dan negara,“ ujar Addin.
Pemuda Aktif Berperan
Sahat MP Sinurat melihat kerjasama ini dari sudut pandang sejarah.
Dikatakannya, Keistimewaan Yogyakarta menjadi penting karena selain status kerajaan yang berdiri sejak tahun 1755, namun juga karena keterlibatannya dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Tentang hubungan erat antara pemuda dan Kraton Yogyakarta harus dilihat dari adanya benang merah pada 19 Agustus 1945.
Momentum itu terjadi ketika Sultan HB IX mengumpulkan para pemimpin kelompok pemuda yang jumlahnya mencapai 100 orang di bangsal kepatihan.
Dalam pertemuan tersebut, Sultan HB IX menyampaikan pidato yang kutipannya antara lain: "Menurut sejarah, di mana terjadi perubahan besar dan mendadak seperti yang terjadi di Tanah Air kita sekarang, pemuda senantiasa memegang peranan,"ujar Sahat.
Pertemuan kali ini sangat tepat. Menurut Sahat, pertemuan ini sangat bersejarah dan isinya sama.
Kraton dan pemuda membahas dan bertekad merawat dan menumbuhkan bangsa Indonesia beserta alam dan segala isinya.
Dari kacamata lingkungan hidup, Wiryawan menegaskan dibutuhkannya komitmen merawat bumi dengan menghindarkan dunia dari bencana besar.
Kegiatan penanaman pohon, menurutnya, merupakan bentuk komitmen para pemuda Indonesia dan Keraton Yogyakarta untuk sama-sama merawat alam Indonesia.
"Jika alam sudah kita rawat maka alam akan bersahabat dengan segala isiannya, merawat alam sama artinya dengan merawat Indonesia dan merawat dunia dari ganasnya bencana,“ ujarnya. (*)